Petjah banget astaga 😭 bar-bar semua nih pas dibilang mau kasih sad ending 🤪 ternyata kalau panik langsung heboh yee hahah. Kira-kira part ini ramai gak ya? Yuk silakan dibaca. Pelan-pelan aja gengs bacanya, happy reading!
Tandai typo!
**
Berita hilang kontaknya pesawat Garuda Airlines Boeing 777 membuat pihak keluarga sangat panik. Arsa dapat merasakan jantungnya berdetak kencang dan sebuah ketakutan membuat kedua tangannya terasa dingin.
Seumur hidupnya, Arsa tidak pernah setakut ini. 5 menit setelah berita dari saluran radio itu di dengar, kedua lelaki itu, Arsa dan Satria sudah sibuk menenangkan Ibu mereka yang tidak bisa menahan tangis. Kedua adik mereka berada di pesawat yang sama. Geo, adik Arsa dan Erina, adik Satria.
"Buna takut, Bang.. Er bilang balik dari Melbourne dia mau nemenin Buna belanja kebutuhan, Buna sengaja belum belanja karena nungguin dia."
Satria merasa kerongkongannya tercekat. Siapa yang tidak takut jika anak gadisnya kini sedang dalam bahaya? Mereka juga belum mengetahui kondisi yang sebenarnya bagaimana.
"Buna banyak berdoa untuk Er, dia pasti baik-baik saja." Satria berusaha menghibur Ibunya walaupun dia tidak yakin itu berhasil sebelum Ibu mendengar berita baik.
"Pa.. Anak kita.. Dia akan segera menikah, tapi kenapa harus seperti ini?" Buna berbicara pada Papa, dan Satria dapat mendengar Papa yang juga berusaha menenangkan Buna.
Satria berbicara sebentar pada Papanya kemudian sambungan itu terputus. Saat Satria hendak membuka portal berita, ponselnya kembali berdering dan menampilkan satu nama yang tidak boleh dia tolak walau dia ingin.
Opung Hadi Nasution
Satria memejamkan matanya sesaat sebelum menjawab panggilan itu, sudah bisa dipastikan kali ini dia akan terlambat makan siang. Maka, Satria menyuruh Fito untuk membelikannya makan siang saat mobil mereka berhenti di depan kedai Nasi Goreng kambing.
"Halo Opung." Satria kembali sibuk meladeni sang Opung yang kini amat murka.
"Bang Arsa mau dibungkusin juga?" tanya Fito pada Arsa. Pria itu sedang menatap ponselnya disertai helaan napas berat. Arsa hanya mengangguk sebagai jawaban. Kemudian Fito dan Araz turun untuk membeli makan siang.
Sabri menepuk pelan pundak Arsa, untuk pertama kalinya selama mereka menjadi sahabat, Sabri melihat ketakutan yang besar terpancar di mata Arsa. Pria itu memang tidak mengucapkan apapun, tetapi sekali lihat saja orang lain akan tahu betapa paniknya pria itu sekarang.
"Geo-chan juga ada di pesawat itu, Bri." Arsa bergumam pelan. Walaupun tidak akur, tetapi Arsa amat menyayangi adik tirinya itu.
"Kita tunggu lagi berita selanjutnya." Hanya itu yang bisa diucapkan Sabri pada Arsa sebelum ponsel pria itu berdering, menampilkan nama Mamanya.
"Iya Ma?"
"Mas, Geo-chan kita.. Kenapa harus dia?"
"Mama tenang, Arsa yakin dia akan baik-baik saja," ucap Arsa, pikirannya juga tertuju pada Erina. Pesan suara yang dia dengar beberapa menit yang lalu seolah menjadi pertanda.
"Geo-chan belum mencicipi masakan Mama, kemarin dia janji dan untuk pertama kali Mama merasa bahagia. Tapi sekarang?"
"Ma, Geo-chan pasti akan kembali, mencicipi masakan Mama yang lezat."
"Erina.. Dia tidak ada dalam penerbangan itu kan, Mas? Menantu Mama baik-baik saja kan?"
Arsa semakin takut. Mama amat menyayangi Erina. Setiap kali mereka bertemu, Mama selalu saja membahas Erina.

KAMU SEDANG MEMBACA
PERTIWI
Любовные романы#Sequel moveon "Kamu itu, pacaran udah kayak baju, Gonta-ganti terus. Kalau gitu terus nikahnya kapan?" -Raina Azalea Lubis, Ibunda Ratu "Beli sayuran aja dipilih-pilih dulu, kalau bagus baru diambil." -Erina Kartika Pertiwi Nasution, Pramugari Garu...