26. The Day

33.7K 3.7K 436
                                    

Akad nikah Erina dan Arsa dilaksanakan di kediaman orangtua Erina, halaman depan rumahnya telah di dekorasi untuk keluarga besar, sedangkan ruang tamu akan dipergunakan untuk proses Ijab Qabul nantinya.

Erina telah melaksanakan sebagian prosesi adat Jawa, sebenarnya Erina enggan melaksanakan prosesi adat yang menurutnya ribet, hal itu juga yang sempat menjadi perdebatannya dengan Arsa beberapa waktu lalu. Tetapi, Buna memberikan Erina pilihan. Prosesi adat Jawa atau Medan, tinggal pilih saja.

Karena mayoritas keluarga Arsa yang berasal dari Jawa, serta keluarga dari sebelah Ibu Erina yang juga berasal dari Jawa, maka Erina dan Arsa akhirnya sepakat untuk menggunakan adat jawa, sedangkan untuk resepsi nanti Erina hanya akan menggunakan pakaian adat Medan.

"Gue beneran ikut gugup deh Er," ucap Cassy setelah Erina selesai di make-up. Tubuhnya kini terbalut kebaya berwarna putih.

Hanya Cassy yang bisa menemaninya di acara akad, Elias baru akan mendarat dari Roma nanti siang sedangkan Jingga mendapat panggilan dari Rumah Sakit. Tetapi kedua sahabat Erina itu berjanji akan hadir saat resepsi nanti malam.

"Lo pikir gue gak gugup, Cas?"

Cassy tertawa, berusaha menghilangkan perasaannya yang tidak karuan.

"Malam pertama lho nanti," ucap Cassy mengerling jenaka. Erina mendengus, Cassy semakin membuatnya gugup saja. Tangan Erina terulur, mengusap perut Cassy yang mulai membuncit, kandungannya sudah memasuki bulan ke-enam.

"Semoga gue segera nyusul ya nanti, biar dedek ada temennya." Cassy mengamini ucapan Erina.

"Mbak!"

Seruan itu membuat Cassy dan Erina menoleh. Emira yang baru saja mendapat IB berlari memeluk Erina dengan erat. Keduanya jarang bertemu sejak Emira menjadi seorang Taruni.

"Apa sih Em? Lo nangis?" tanya Erina sambil tertawa lalu balas memeluk adiknya. Emira semakin mengeratkan pelukannya. Walaupun keduanya jarang akur, tetapi jika berjauhan mereka akan saling merindukan.

"Em kangen banget," ucap Emira, dia tergugu membuat Erina harus menahan sesak di hatinya. Erina menepuk punggung Emira dengan lembut.

"Calon Wara kok nangis?" cibir Erina membuat Emira melepaskan pelukannya. Emira menyeka air matanya.

"Mbak jangan lupain Em, gak boleh bucin banget sampai lupa daratan."

Erina tertawa, dia membantu Emira menyeka air mata adiknya itu yang semakin deras.

"Em kan adik mbak, gak mungkinlah di lupain. Mbak tetap sayang sama Em, sama adek kembar, semuanya deh."

Emira menggenggam tangan Erina dengan erat. Erina sendiri sudah lelah menangis semalam bersama Buna. Bahkan hari ini juga sepertinya dia akan banyak menangis karena acara sungkeman nanti.

"Pokoknya kalau Mbak sedih, cerita aja sama Em, bentar lagi usia Em udah 21 tahun, udah bisa denger yang 21+ berarti udah gede."

Sekali lagi Erina tertawa. Dia menganggukkan kepalanya.

"Iya, nanti mbak kasih asupan 21+ penuh kebucinan."

Lalu keduanya sama-sama tertawa. Emira segera membersihkan wajahnya, dia harus mengantar Erina nanti setelah akad walaupun harus memakai pakaian dinas nya.

🍭

Suasana ruang tamu tampak haru saat Arsa sudah duduk berhadapan dengan calon Papa mertuanya.

"Ayo, bisa kita mulai." Penghulu memberikan kode agar Papa Aries dan Arsa saling menjabat tangan. Kedua tangan pria berbeda generasi itu terasa dingin.

PERTIWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang