16. Melangkah Bersama

30.8K 3.4K 120
                                    

Perkumpulan Geng cewek Nasution itu berakhir selepas maghrib, mereka kemudian menuju musholla mall. Sejak mereka kecil, Opung memang sangat tegas dalam urusan sholat. Ya walaupun sisa-sisa hafalan surah Erina saat masih mengaji dulu hingga kini hanya mentok di surah Ad-dhuha. Soalnya Erina banyakan mainnya ketimbang mengaji. Tapi setidaknya aat kelas 5 SD, Erina patut berbangga diri karena bisa tamat Al-qur'an untuk pertama kalinya.

"Ustadzah, kalau udah lulus Qur'an lanjut baca apa lagi? Kan Erin udah lulus," ucap Erina yang saat itu bangga luar biasa, padahal teman-temannya ada lebih kecil dari Erina sudah khatam Al-qur'an. Tapi setiap anak memang berbeda.

"Diulang dari juz 1 lagi Erina, kalau perlu dihafal surahnya," jawab Ustadzah Hikmah, iya Erina masih ingat namanya.

Waktu itu, Erina sempat malas mengaji, pikirannya, masa sih diulang dari awal? Padahal dia sudah capek-capek mengaji. Tapi Papanya berhasil memberikan Erina pencerahan.

Setelah sholat, mereka melimpir sejenak untuk berbelanja hingga Intan mendapat panggilan telepon dari sang suami yang sudah menunggu di lobby. Perkumpulan Geng itu akhirnya memutuskan untuk bubar.

"Wah, hampir lengkap ya ngumpulnya," ucap Radika, suami Intan saat Erina dan para sepupunya ikut mengantar Intan hingga lobby.

"Iya dong Bang, jarang sih ada Erina, Iren, sama Fira," jawab Dara.

"Duluan ya, yuk sayang," ucap Radika kemudian membukakan pintu mobil untuk Intan. Erina jadi ingat dengan Arsa saat pria itu memisahkan kacang dari buburnya.

"Uwu banget sih Bang," komentar Savanya membuat Radika tertawa.

"Makanya nikah dong! Biar bisa uwu juga, halal lagi," cibir Intan yang menurunkan kaca mobilnya.

"Hujat aja teross!" jawab Iren menahan kesal pada sang kakak.

"Sampai ketemu di ruma Papa besok, dek," ucap Intan dengan songong. Iren mendengus.

Intan melambaikan tangannya pada para sepupunya, dia juga memberikan kiss bye membuat keempat gadis yang masih single dan satunya otw halal itu berseru kesal.

"Iyuuhh!"

Kemudian mereka berbalik menuju mobil Alphard milik Opung Hadi yang terparkir tak jauh dari lift lobby mall.

"Siapa yang bawa mobil?" tanya Dara sambil mengeluarkan kunci mobil.

"Aku duduk di belakang," jawab Erina dengan wajah tanpa dosa.

"Aku duduk di samping mbak Erin," ucap Savanya.

"Oh iya mau balas e-mail dulu." Iren merogoh ponselnya. Dara menatap Safira yang nyengir.

"Aku duduk disamping mbak Dara," jawab Safira dengan santainya.

"Adik-adik laknatullah," ucap Dara dengan kesal lalu menekan tombol unlock dan mereka masuk ke dalam mobil.

**

Saat mereka tiba di rumah, Opung sudah menunggu di kursi teras.

"Selamat malam Opung," sapa Savanya dengan riang.

"Wa'alaikumussalam," jawab Opung. Erina menahan tawanya. Kemudian mereka bergantian mencium tangan Opung Hadi.

"Irayana," panggil Opung membuat langkah geng cewek -minus Intan, yang hendak masuk ke rumah terhenti. Tatapan tertuju pada Iren.

"Iya Opung?"

Opung mengangsurkan sebuah paper bag. Erina menatap penasaran begitupun dengan ketiga sepupunya yang lain. Iren menerima paper bag itu dengan wajah bingung.

PERTIWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang