10. Senandung Maaf

28.7K 3.2K 84
                                    

Arsa masih ingat bagaimana pertama kali Erina mengajaknya bicara. Saat itu jam pelajaran sedang berlangsung, Arsa ditugaskan untuk mengambil buku di perpustakaan.

"Pagi Ibu Mela." Sapaan itu terdengar di telinga Arsa yang sedang mengambil buku pelajaran untuk teman sekelasnya.

Arsa menolehkan kepalanya dan mendapati wajah cantik Erina yang tersenyum lebar pada penjaga perpustakaan. Sepertinya Erina akrab dengan semua orang.

"Pagi Erina, mau pinjem buku apa nak? Biar Ibu ambilkan," jawab Ibu Mela.

"Bahasa Indonesia Bu, Buat Ibu Nita, oh iya Bu kata Pak Jafar sisihin buku Fisika buat kelas 10-1 dan 10-2."

"Oke, nanti lapor saja ya berapa jumlah siswa nya, sebentar Ibu ambilkan buku nya."

Erina mengedarkan pandangannya ke sisi perpustakaan yang sepi hingga pandangannya terhenti pada satu objek. Arsa yang sedang menyusun buku paket untuk dipinjam.

"Kakak sendirian aja?"

Arsa tersentak kaget saat menemukan Erina sudah berdiri di sampingnya. Arsa mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Emang bisa bawa bukunya sendirian?" tanya Erina dengan wajah tak percaya.

"Bisa," jawab Arsa dengan singkat.

"Woaahh, aku bantuin aja gimana kak? Bukunya banyak banget gitu." Bukannya modus, dibalik sifatnya yang bar-bar dan ceplas-ceplos, Erina memiliki hati yang sangat mudah tersentuh.

"Erina, ini buku nya," ucap Ibu Mela.

"Aku bawain sebagian ya kak," ucap Erina dan tanpa menunggu persetujuan Arsa dia mengambil sebagian buku paket itu lalu membawanya pada Ibu Mela.

Arsa menyusul tidak lama kemudian. Lalu setelah urusan buku selesai, mereka melangkah keluar bersama.

"Kakak kelas 12 ipa atau ips?" tanya Erina saat mereka sudah berada di kooridor.

"12 Ips 1," jawab Arsa, datar.

"Seru dong? Pasti selalu main di kelas, teman-temannya juga asik, bener gak kak?" Erina memang tidak pernah kehabisan topik pembicaraan.

"Iya."

"Kakak kok mirip sama Bang Langit ya? Irit banget ngomongnya, untung kakak gak nyebelin kayak Abang."

Arsa tidak menjawab, dia merasa jantungnya ingin meledak saat itu juga.

**

Langit sore menyambut kedatangan Erina di negeri kincir angin itu. Setelah penerbangan 14 jam non stop akhirnya Erina bisa bernapas lega. Pikirannya langsung melayang pada kasur hotel. Dia tidak sabar ingin rebahan!

"Have a nice Day! See you soon! Thank you."

Tersenyum lebar, sedikit membungkuk, tersenyum lagi kemudian menganggukkan kepala. Begitu seterusnya hingga penumpang terakhir turun dari pesawat.

"Nanti malam enaknya dinner di mana ya Er?" tanya Gayatri saat mereka sedang bersiap untuk turun dari pesawat.

"Lihat nanti lah bareng anak-anak," jawab Erina seadanya.

"Tapi katanya Geo mau nraktir anak-anak dinner," ucap Gayatri membuat gerakan Erina terhenti sejenak.

"Erin! Hey, yuk turun," ajak Elias membuyarkan lamunan Erina. Erina mengangguk lalu mengikuti langkah Elias dan Gayatri.

Sepanjang perjalanan menuju hotel, Erina hanya diam. Dia sedang berada di tempat yang sama dengan Geo, padahal Erina sedang berusaha untuk menghindari pria itu.

PERTIWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang