Arsa mengurus cutinya dengan cepat agar bisa menjemput Erina di Bali. Maka begitu urusannya selesai dan dia tiba di Bali, dia langsung menuju Rumah Sakit tempat Erina di rawat. Hari sudah hampir siang dan sejak semalam, Arsa belum tidur sama sekali.
Geo menghubunginya tadi pagi, kondisi Erina belum bisa dikatakan baik tetapi Geo juga harus terbang, untungnya salah satu sepupu Erina yang berada di Bali mau menjaga Erina yang masih dalam kondisi tidak sadarkan diri.
"Maaf sedikit terlambat," ucap Arsa saat bertemu dengan Iren, sepupu Erina. Gadis itu tersenyum tipis.
"Santai Bang, tapi gak bisa lama nih, sejam lagi harus take off ke Medan. Abang tenang saja, Opung gak tahu kondisi Er," ucap Iren. Dia sangat tahu sekali, jika berita ini sampai di telinga Opung, maka bisa dipastikan Erina benar-benar akan di paksa resign dari pekerjaannya. Iren sangat tahu bagaimana perjuangan Erina untuk menjadi pramugari.
"Terima.kasih sudah menjaga Erina," ucap Arsa.
"Dia saudara ku, kalau begitu aku pamit ya Bang."
Arsa mengangguk singkat kemudian dia masuk untuk melihat kondisi Erina, wajah istrinya itu tampak pucat. Arsa mengusap puncak kepala Erina kemudian dia segera ke masjid Rumah Sakit untuk menunaikan ibadah sholat dhuhur.
Saat Arsa kembali, suasana kamar inap Erina terlihat ramai oleh dokter dan perawat yang berlalu lalang.
"Ada apa dok?" tanya Arsa dengan panik.
"Anda wali pasien?"
"Iya Dok, saya suaminya," jawab Arsa. Dokter tampak menghela napas berat.
"Setelah pemeriksaan lebih lanjut, anemia pada pasien sudah cukup parah sehingga menyebabkan pasien mengalami komplikasi pada jantungnya."
Jantung Arsa serasa di remas kuat.
"Komplikasi... Jantung?"
"Ya, pada penderita Anemia berat, jika sudah parah memang akan terjadi komplikasi lain, tapi kami akan berusaha semaksimal mungkin,"
Setelah itu dokter kembali masuk ke dalam ruang inap untuk memindahkan Erina untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut agar mengetahui tindakan apa yang dilakukan selanjutnya. Arsa merasa pikirannya kosong, separuh nyawanya seperti nyaris tercabut.
Tuhan, beri kesempatan untuk kami berbaikan.
"... Maafin aku, Mas. Perasaan aku gak enak banget. Apapun yang terjadi nanti, Mas ridho kan?"
Ucapan terakhir Erina terngiang dalam benak Arsa.
Mas udah memaafkan kamu Erin, tolong bertahan.
Entah berapa lama Arsa tercenung di ruang tunggu hingga dokter keluar, wajahnya tampak putus asa.
"Maaf Pak, kami sudah berusaha, tapi pasien tidak tertolong."
Pada penderita Anemia tingkat kematian memang rendah, tapi kenapa pada Erina harus secepat itu?
Kilasan Erina bersamanya kembali berputar seperti film. Arsa masih berdiri dengan pikiran yang kosong.
"... Mas!"
Suara Erina yang memanggilnya terdengar samar, Arsa mengepalkan tangannya. Dia baru saja menyusul Erina untuk segera menyelesaikan masalah mereka.
"Mas Arsa!"
Arsa memejamkan matanya dengan erat, separuh jiwanya ikut hilang.
"Mas Arsa!"
Arsa kemudian merasakan sesuatu menimpa kepalanya dengan cukup kuat.
🍭
Brukk!

KAMU SEDANG MEMBACA
PERTIWI
Romance#Sequel moveon "Kamu itu, pacaran udah kayak baju, Gonta-ganti terus. Kalau gitu terus nikahnya kapan?" -Raina Azalea Lubis, Ibunda Ratu "Beli sayuran aja dipilih-pilih dulu, kalau bagus baru diambil." -Erina Kartika Pertiwi Nasution, Pramugari Garu...