13. Sebuah Penjelasan

32.4K 3.8K 209
                                        

Setelah insiden di Amsterdam, Erina menjadi sedikit pendiam. Dia tidak pernah menghubungi Arsa dan juga sebisa mungkin menghindari Geo yang telah meremukkan hatinya.

Pernah sekali Arsa mengirimkannya chat karena Erina tidak menjawab panggilannya, pria itu hanya mengabarkan jika dia telah memberitahu pihak keluarga untuk mengundur pertunangan mereka.

Setelah 10 hari melakukan penerbangan di benua Eropa dan Amerika, pagi ini Erina tiba di Jakarta. Matahari yang baru saja terbit menyambut kedatangan Erina.

Erina melangkah dengan gontai, matanya terasa berat karena semalaman tidak tidur.

"Erina mau diantar balik?" tanya Ko Ando saat mereka baru saja tiba dalam bandara.

"Eh gak usah Ko, aku mau ke apartemen, naik bus maskapai aja," jawab Erina berusaha tersenyum. Dia benar-benar lelah. Lelah fisik dan pikiran.

"Kalau begitu hati-hati ya," ucap Ko Ando.

"Iya Ko, salam buat Cherry."

Ko Ando tersenyum dan mengangguk kemudian pamit.

"Lesu amat Er, harusnya seneng dari luar negeri," ucap Mbak Nely yang sudah berjalan di samping Erina.

"Butuh tidur nih mbak," jawab Erina.

"Tinggal tunggu bus maskapai aja, sabar ya."

Erina menganggukkan kepalanya kemudian mereka keluar ke pintu kedatangan.

Tetapi semesta sepertinya sedang mengujinya, saat Erina baru saja keluar, dia mendapati Arsa yang sudah menunggunya. Pria itu tersenyum tipis.

"Saya antar kamu balik," ucap Arsa dengan lembut. Pandangan pramugari lain terarah pada Erina. Sejak dia menolak lamaran Geo, Erina selalu menjadi pusat perhatian. Erina juga tahu kabar ini telah sampai di rekan sesama pramugari lainnya.

"Gue mau balik ke apartemen Sa, gue ngantuk banget," jawab Erina.

"Iya, saya antar ke apartemen kamu," ucap Arsa kemudian mengambil alih koper milik Erina. Tetapi tatapan Arsa terpaku pada jari manis Erina yang polos.

Erina tidak memakai cincin itu.

"Oke." Erina kemudian berbalik dan melangkah mendahului Arsa. Bahkan anak tk pun tahu jika mereka seperti orang yang bermusuhan.

Arsa melangkah di belakang Erina sambil menggeret koper milik gadis itu. Dia memandangi Erina yang melangkah dengan anggun.

"Erina."

Langkah Arsa terhenti saat melihat Geo dari kejauhan. Geo menahan tangan Erina.

"Plis lepasin Ge, gue ngantuk banget," ucap Erina sambil menepis tangan Geo.

"Gue antar lo balik," ucap Geo.

"Udah ada Arsa kok, lo gak perlu repot. Sa, mobil kamu di mana? Aku beneran butuh istirahat, bukan debat," ucap Erina menolehkan kepalanya pada Arsa.

Arsa meneruskan langkahnya, mendekati kedua manusia yang seperti ingin bentrok itu.

"Lo bisa biarin gue pulang bareng Erina?" tanya Geo pada Arsa kemudian dia menarik tangan Erina.

"Gue gak mau balik sama lo Ge. Dan tolong, lepasin tangan lo," ucap Erina, sekali lagi dia menepis tangan Geo kemudian beralih menggenggam lengan Arsa.

"Ayo Sa, kita balik," ucap Erina lalu dia menarik pelan lengan Arsa dan meninggalkan Geo yang berusaha meredam amarahnya.

**

Arsa menyerahkan koper milik Erina begitu mereka tiba di depan apartemen Erina. Erina menempelkan sidik jarinya di pintu kemudian pintu itu terbuka.

PERTIWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang