Erina dengan segala tingkah ajaibnya memang selalu membuat orang lain jantungan, kali ini korbannya adalah calon suami dari gadis luar biasa itu. Mereka baru saja selesai mengurus berkas untuk sidang nikah di kantor Arsa.
Beberapa waktu lalu, saat Erina kembali dari Perth setelah insiden yang hampir merenggut nyawa penumpang dan awak kabin Boeing 777, Erina disuruh resign oleh sang Papa dan Opungnya. Tapi Erina jelas keras kepala menolaknya. Walaupun sempat berdebat tetapi akhirnya Papa tidak lagi memaksanya. Dan sebagai gantinya, Erina harus segera mengurus pernikahannya.
Erina juga sudah mulai bekerja sejak jahitan lukanya di buka. Dan di sela waktu liburnya digunakan untuk mengurus pernikahannya, seperti sekarang ini. Apalagi mengurus pernikahan dengan Abdi Negara itu lebih istimewa dari mengurus pernikahan dengan warga sipil. Istimewa karena ada sidang pranikah atau pengajuan. Kata orang, pengajuan itu indah untuk dikenang tapi tidak untuk diulang.
Bagi Erina, masih awal untuk merasa stress. Dia masih mengurus berkas yang nanti diperlukan, belum menghadap ke atasan Arsa secara langsung. Kata Buna sih harus banyak sabar karena prosesnya yang panjang, tapi jika selesai pengajuan, rasanya luar biasa membahagiakan.
"Mas, cita-cita kamu dulu mau jadi apa?" tanya Erina. Jujur, Erina agak kagok memanggil Arsa dengan sebutan 'Mas', kalau bukan karena paksaan sang Ibu tercinta, Erina mana mau memanggil Arsa dengan embel-embel Mas. Mereka sedang dalam perjalanan pulang setelah tadi Erina mengurus SKCK ditemani Arsa yang kebetulan baru selesai dinas tadi pagi.
"Polisi, kan almarhum Papaku polisi," jawab Arsa.
"Mengikuti jejak orangtua ya?"
Arsa hanya mengangguk singkat sebagai jawaban.
"Tanya dong cita-cita aku apa," ucap Erina. Arsa kalau tidak disuruh, mana pernah dia bertanya balik sekedar basa-basi.
"Pramugari kan?" Tebak Arsa.
"Sekarang beda lagi," jawab Erina.
"Apa?"
"Jadi Ibu dari anak-anakmu," jawab Erina dengan penuh percaya diri, bahkan senyum lima jarinya sudah terkembang sempurna.
Lihatkan? Ucapannya mendadak membuat Arsa jantungan. Tapi dasarnya Arsa yang minim ekspresi, dia hanya menatap Erina sekilas lalu kembali fokus menyetir. Seandainya ada sound kambing congek, mungkin itu cocok menjadi pengisi suara mereka sekarang.
"Dikacangin lagi, akutuh lagi gombalin kamu, Mas Arsa beb," ucap Erina.
"Saya lagi nyetir."
"Yang nyetir juga bukan mulut kamu kok, emang kamunya aja yang males nanggepinnya," dumel Erina. Arsa tidak mengucapkan apapun lagi dan Erina memilih mengambil sekotak susu low fat cokelat dari dashboard Arsa.
Dia jadi de javu saat ke Bandung bersama Arsa, saat itu dia memilih bir sebagai pelariannya hingga berujung muntah.
"Mas, kamu suka kopi, susu, atau teh?" tanya Erina.
Mulut Erina memang tidak bisa diam walau satu menit. Ada saja hal yang dia bicarakan, dan kali ini Erina memilih untuk mendekatkan diri pada Arsa. Mereka akan segera menikah, dan Erina sadar masih banyak hal yang dia tidak tahu tentang Arsa selain pria itu polisi dan minim ekspresi serta cuek.
"Kopi."
"Makanan kesukaan kamu?"
"Terong saus kacang."
"Eww!" Erina mengernyit. Dia tidak suka terong, karena menurutnya terlalu lembek dan dia alergi kacang tanah.
"Kenapa?"
![](https://img.wattpad.com/cover/233891999-288-k281363.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PERTIWI
Roman d'amour#Sequel moveon "Kamu itu, pacaran udah kayak baju, Gonta-ganti terus. Kalau gitu terus nikahnya kapan?" -Raina Azalea Lubis, Ibunda Ratu "Beli sayuran aja dipilih-pilih dulu, kalau bagus baru diambil." -Erina Kartika Pertiwi Nasution, Pramugari Garu...