Empat belas

84 65 7
                                    

*HAPPY READING*

_______________________

VOMENT!!

*Be yourself aja, emang kalo Be girlfriend boleh?//

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Be yourself aja, emang kalo Be girlfriend boleh?//

-Nara Shakeela Anindita-


"Hah?!" Teriak Vernon yang sedang berbelanja di mall bersama Yola ketika mendengar kabar dari seseorang di seberang telepon.

"Kenapa Ver?" Tanya Yola, Vernon melambaikan tangannya mengisyaratkan 'sebentar'.

"Oke-oke, kalo gitu gua jemput Nara terus langsung kesana!" Ujar Vernon di akhir percakapannya dengan orang di telepon lalu mematikan salurannya, Yola menaikkan dagunya mengisyaratkan bertanya siapa yang menelfon.

"Satria telfon gua, katanya Boy di rawat di rumah sakit, dan sekarang keadaannya kritis." Jelas Vernon dengan raut panik.

"Hah? Kok bisa?". Raut wajah Yola pun berubah jadi panik.

"Gua gak tau, yang penting mending sekarang kita ke rumah Nara, trus ajak dia ke RS." Saran Vernon yang disetujui Yola, lalu mereka segera menuju mobil dan bergegas ke rumah Nara.

****

Tok tok tok, mereka ber-2 mengetok pintu rumah Nara dn sesekali memanggilnya.

"Nar.... Nara!!!" Panggil Vernon dengan Yola disampingnya.

Cklek...

"Loh, kalian ngapain malem² kesini? Masuk dulu yuk kalian basah semua keujanan ya, mas...." Ucap Nara yang aslinya belum selesai namun dipotok oleh Yola.

"Gak nar, itu gak penting sekarang, Boy lagi kritis sekarang!!" Potong Yola, yang membuat Nara membelalakkan matanya.

"Hah? Boy? Kritis?". Tanya Nara yang tak percaya.

"Iya, tadi satria nelfon gua, makanya buruan ganti baju terus kita ke RS!" Perintah Vernon lalu Nara segera berlari menuju kamar hanya sekedar mencari jaket lalu kembali keluar.

"Udah? Ayok buru!" Lalu mereka segera menuju RS.

Skip RS>>

Drap-Drap-Drap, mereka ber-3 berlari di lorong-lorong rumah sakit setelah menanyakan ruangan boy di resepsionis, mereka berlari mencari ruangan nomor 351, dan saat sampai...

"Sat!!!" Panggil Vernon sedikit berteriak berlari ke arah satria dan Frans yang duduk di kursi tunggu depan ruangan, dan disana sudah ada Amalia yang menangis di rengkuhan denandra ditempat duduk yang tidak jauh dari Frans.

"Eh, kalian udah Dateng?!" Sambut Frans berdiri menghampiri mereka.

"B Boy?, Gimana keadaannya?!" Tanya Nara dengan sedikit ngos-ngosan habis berlari, Satria menggelengkan kepalanya tanda masih belum mendengar kabar dari dokter.

"Dia masih kritis, kita sudah nunggu 30 menit tapi masih belum dapet kabar, dokter juga belum keluar sama sekali." Ucap Frans menghampiri mereka namun tak lama terdengar suara pintu dibuka menampilkan dokter dengan jubah putihnya menghampiri Amalia dan denandra.

"Dengan keluarga Boy denandra putra?!" Tanya dokter itu saat sampai didepan Amalia dan denandra, lalu mereka ber-2 berdiri.

"Iya dok, bagaimana keadaan anak saya?!" Tanya Amalia mencoba mengontrol isakannya dan denandra yang memegangi ke-2 bahu Amalia sesekali mengelusnya.

"Bisa ikut ke ruangan saya? Sepertinya tidak enak jika kita bicara disini." Pinta dokter itu yang di angguki oleh Amalia.

"Dok, apa kita bisa masuk sekarang?" Tanya Satria berlari kecil ke arah dokter itu diikuti teman2nya.

"Bisa, tapi karena kondisinya tidak memungkinkan maka kalian bisa masuk satu persatu bergantian." Jawab dokter itu tersenyum lalu berjalan menuju ruangannya.

"Kalian, titip boy sebentar ya? Nara!" Pinta Amalia lalu mengusap pipi Nara sebelum akhirnya mengikuti dokter tersebut ke ruangannya dengan denandra.

"Nar, Lo mau masuk duluan?" Tanya Frans yang direspon anggukan oleh teman²nya, Nara menelan ludah menatap teman²nya satu persatu, hingga pandangannya tertuju pada kaca ruangan boy dan menampilkan sosok yang sangat cuek itu sedang terbaring lemah bertemankan selang² yang tertancap di beberapa tubuhnya.

"Nar!" Panggil Vernon menggenggam tangan Nara lalu mengangguk menguatkan Nara, lalu Nara mengangguk dan segera menuju ruang ganti yang berada di ruangan sebelah kamar boy setelah itu berjalan pelan menuju ranjang Boy, Nara benar2 gugup, ia berjalan pelan dengan tangan meremat ujung jubahnya.

"Boy?" Panggilnya lirih saat sampai di ranjang boy, ia mendudukkan dirinya di kursi samping ranjang, air matanya tak bisa membohongi hatinya yang memang sakit saat melihat orang yang berstatus 'temannya' sedang terbaring lemah, tak bisa di pungkiri entah mengapa hatinya sangat sakit saat melihat boy terluka.

"Boy bangun! Hiks, aku disini hiks, kamu... Kamu bisa panggil aku cupu! Hiks, aku lebih senang hiks, ka kalo kamu hiks panggil aku cupu hiks daripada tidur seperti ini hiks!" Ia benar-benar rapuh sekarang, tak bisa membendung air matanya..., Ia seperti merasakan rasa sakit yang dialami boy saat ini, 'benar² berat!'.

"Pasti sakit kan? Kamu nggak seharusnya tidur disini hiks, infus ini? Selang ini?, Kamu bilang gak suka kan tidur ditemani mereka? Lalu kenapa kamu nggak bangun?, Kenapa kamu malah tidur disini!!" Nara tak bisa berpikir saat ini, ia memukur mukul kecil dada bidang boy yang tertutup selimut.

"Kamu jahat!!!!, Kamu lebih jahat dari Abella yang membully aku!!, Karena saat ini lebih sakit melihat kamu berbaring disini daripada apa yang Bella lakuin ke aku Boy!!!" Nara tak sanggup lagi, ia berlari keluar ruangan menyusuri lorong².

"Nara!!!" Teriak teman²nya mencoba menghentikan Nara namun ia tetap berlari.

"Ver, Yol, kalian kejar Nara, biar gua jaga disini selagi satria masuk ke ruangan boy!" Perintah Frans yang diangguki oleh mereka ber-2 lalu mereka segera berlari mengejar Nara dan satria kini berada di ruangan boy.

"Woi anak sialan!" Ucap satria pelan mendudukkan dirinya di kursi rnjang samping boy.

"Dulu lu yang paling kuat di antara kita ber-3, Lo yang paling siap menghadapi masalah kecil ataupun besar, Lo yang selalu nomor satu untuk mengatakan 'Kalian jangan lemah! Hanya karena di usik manusia sialan bukan berarti harus terlihat tersakiti, kalo kalian tegar dia yang bakalan kalah sendiri, Strong Be better men', dan sekarang apa?, Lu malah tidur disini? Lo gak suka bau rumah sakit ataupun tidur ditemani infus dan selang kan?, Kalo gitu kenapa sekarang lu ada disini hah?" Ujar Satria panjang lebar, mengingat ingat masa kecilnya, tak terasa bulir air matanya mulai membasahi pipinya, ia segera menghapusnya kasar lalu tersenyum lebar.

"Baiklah, kalo Lo gak bangun dalam 2 jam kedepan, gua sumpahin mati beneran Lo!" Ucapnya sedikit lantang lalu berdiri dan segera berjalan keluar ruangan namun di ambang pintu ia berbalik.

"Gua gak bercanda!" Ujarnya lalu benar² keluar ruangan.

Maaf kalo gak dapet feel-nya, Voment yaw, wajib!, Kagak Vote kagak lanjot! Canda.

See you next part 😊👋

Nyebelin - Tapi sayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang