Aku masih berusaha menajamkan pendengaran ku agar dapat menyampaikan kata perkata dari MC ke otakku. Bibirku terasa pegal karena terus menerus tersenyum lebar, memberikan kesan seperti malaikat yang anggun dan baik hati.
"Banyak sekali orang yang memperbincangkan anda, anda adalah ikon dari kecantikan negara ini. Bagaimana tanggapan anda?"
Ah... aku sudah hafal jawaban untuk pertanyaan ini.
"Cantik itu menurut saya adalah adalah bahagia, semua perempuan di mata saya cantik. Jika dia bahagia maka kecantikan akan terpancar di wajahnya."
"Anda begitu menawan dan rendah hati, pemirsa kalau boleh saya jujur, jantung saya sangat berdetak cepat saat bertatap muka langsung dengan dewi kecantikan ini."
Aku tertawa senatural mungkin. "Anda berlebihan, padahal saya juga grogi bertemu dengan MC yang sedang naik daun."
Dia tertawa lepas, sepertinya dia orang yang sangat suka dipuji.
"Pasti seluruh dunia ingin tahu rahasia dari kulit flawless anda."
"Aku hanya menggunakan La..." sial aku lupa nama panjang brand ini.
"La...rro.." apasih namanya! Bodoh kau Jane!
"La...rro...sepoch, serum itu sangat cepat meresap dan membuat wajahku kenyal."
"Kulit anda terlihat begitu sehat dan cantik."
"Terimakasih."
Terlihat didepan kami bahwa seseorang memberi kode untuk memberi pertanyaan terakhir.
"Baiklah, ini adalah pertanyaan terakhir untuk Jane Bennett. Bagaimana kelanjutan hubungan anda dengan North Burton? Apakah akan kejenjang berikutnya?"
Aku tersenyum lebih lebar karena mendengar kata-kata pertanyaan terakhir. "Hubunganku dengannya baik, setelah tiga tahun bersama dengan pasang surut yang begitu banyak kami masih memutuskan untuk tetap seperti ini."
"Baiklah, terimakasih banyak untuk waktu yang begitu berharga, Jane. Senang sekali saya bisa bertemu langsung dengan anda." Katanya sambil menatap mataku. "Selamat malam, pemirsa. Sampai jumpa lagi minggu depan di waktu yang sama dan jam yang sama."
Aku berdiri dari tempat dudukku menjabat tangan Devan Fambogi yang menjadi MC acara tadi, lalu melihat seorang wanita dengan gaya casual terkesan cuek membawa jaket dan laki-laki fashionable cukup tampan membawa kopi mendekati ku.
"Jane, ini kopi mu." Laki-laki itu memberikan kopinya padaku dengan sigap dia menyatukan rambutku untuk diangkat selagi si perempuan memakaikan jaket di bahuku, setelah jaket terpasang di bahuku dia menggerai rambutku lagi dan menatanya.
"Aku lelah, kita langsung pulang. Mana Aerith?" Aku mencari wajah manajerku yang tidak terlihat.
"Dia ada di ruang tunggu, Jane" Ucap si lelaki sambil mengipasi diriku.
"Leonardo, kau membawa kipas yang salah. Hari ini tema bajuku biru dan kau bawa maroon, simpan kipas itu aku tidak suka." Ucapku tenang.
Dia terkejut dan menutup kipasnya, mengembalikan pada tasnya. "Dia tidak teriak tapi membuatku selalu bergidik." bisiknya pada perempuan disebelahnya.
"Lily, kau juga tidak mengingatkanku tentang nama brand sial...." mulutku ditutup oleh tangan Lily.
Lily dan Leonardo membawa ku perlahan ke arah ruang tunggu, disana sudah ada Aerith. Lily membuka tangannya dari mulutku.
Aku melotot kearahnya. "APA YANG KAU LAKUKAN?!"
Lily beringsut takut dibelakang Leo, "kenapa kau ada dibelakang ku, jelaskan pada Jane!" Ucap Leo takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Life
RomanceMATURE CONTENT. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA [ 21+ ] Dia mendekat ke arahku, bagai dewa kematian yang siap menjemputku. Auranya dingin, menakutkan, dan begitu gelap. kata-kata itu sangat cocok untuk disematkan pada dirinya. Aku seperti pernah melihatny...