"Kau aman. Aku disini."
Dia masih memelukku erat, aku mendengar beberapa keributan dibelakangku. Dia menurunkan ku, sehingga kakiku dapat menapak kembali di lantai.
"Kau bisa berjalan?" Tanyanya padaku.
Aku memandang mata hijau bercampur abu-abu yang indah itu. Mata yang selalu dapat menyihirku. Aku hanya dapat mengangguk kan kepala. Dia menyuruhku untuk berjalan ke arah luar ruangan.
"Aw.." namun aku merasakan nyeri di pergelangan kakiku.
Dia langsung mengangkatku ala bridal style untuk keluar dari ruangan ini. Aku melihat Leo, Lily, dan Aerith berlari kecil ke arah kami.
Leo bersiap untuk menerima ku dari gendongannya agar kakiku tidak perlu menapak dilantai. Padahal aku merasa masih dapat berjalan.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Leo padaku saat aku sampai digendongannya. Aku hanya mampu menggeleng dan pandanganku mengikutinya sampai hilang masuk kedalam ruangan itu.
"Leo, turunkan aku." Ucapku.
"Kau bisa?"
Aku mengangguk, dia menurunkan aku secara perlahan dan menopangku. Aku melihat ke arah Aerith dan Lily. "Tolong jangan biarkan wartawan tahu tentang ini."
Lily dan Aerith mengangguk. "Leo, bantu mereka untuk pastikan hal itu."
"Kau?"
"Aku baik-baik saja, Leo." Ucapku meyakinkan. "Aku akan menunggu Mr. Strife."
"Kau harus mengabari ku jika sesuatu hal terjadi." Ucap Aerith sebelum pergi.
Aku mengangguk setuju, Leo perlahan melepas topangannya dariku. Aku sedikit meringis ketika ke dua kakiku menopang seluruh tubuh.
"Ku rasa aku harus menunggu sampai Mr. Strife kembali." Ucap Leo padaku, Lily dan Aerith setuju dengan perkataan Leo.
Tak lama setelah Leo mengatakan itu, ku lihat dia keluar dari ruangan itu. Tampilannya tidak berubah, bahkan rambutnya tidak ada yang keluar dari jalur. Dia masih rapih, tampan, dan wangi. Seperti saat dia menggendongku.
Leo perlahan membiarkan aku berdiri dengan kaki ku sendiri, namun Mr. Strife langsung berada disisiku untuk untuk menopang tubuhku. Aku memandanginya, dia begitu sempurna. Seperti bentuk pahatan manusia yang brilliant.
"Kau bisa mengurus semua wartawan dengan Jessy." Kulihat seorang wanita asia berpakaian serba hitam rambutnya diikat satu, kurasa dia salah satu bodyguard dari Mr. Strife. Badannya tampak proporsional namun terlihat kuat dan sigap dari cara geraknya.
Leo mengangguk dan mengikuti Jessy, meninggalkan kami berdua disini. "Bagaimana kita keluar?" Tanyaku padanya.
Dia melepaskan jasnya, lalu dia berikan ke atas kepalaku untuk menutupi wajahku. "Pegang ini." Aku memegang kedua sisi jas itu dengan kedua tangan.
Tiba-tiba aku seperti melayang, kakiku tidak menapak di lantai, dia menggendongku.
"Pegang itu dengan kuat, tutupi wajahmu." Ucapnya membuatku memegangi jas ini dengan erat.
Aku dapat melihat dia dari celah jas ini, wajahnya sangat datar, tak ada ekspresi apapun dari awal kita bertemu. Dia terus memandang kedepan, aku tidak tahu akan dibawa kemana. Namun, hatiku kecilku percaya padanya.
Kurasakan dia berhenti di luar ruangan, terdengar deru mesin halus dan suara pintu yang terbuka. Dia menaruhku perlahan ke dalam mobil sedan. Lalu dia masuk dari pintu sebelahnya.
"Aku antar ke rumahmu." Dia berkata sambil memandang lurus kedepan.
Aku langsung terkejut mendengar perkataannya. "Tidak." Ucapku cepat. "Turunkan aku saja di ujung jalan sana, disana aku bisa menelfon Leo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Life
RomanceMATURE CONTENT. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA [ 21+ ] Dia mendekat ke arahku, bagai dewa kematian yang siap menjemputku. Auranya dingin, menakutkan, dan begitu gelap. kata-kata itu sangat cocok untuk disematkan pada dirinya. Aku seperti pernah melihatny...