*minta taburan bintangnya ya*
"Sebenarnya apa alasanmu melakukan semua hal ini? Apa alasanmu melindungiku?" Ucap Eric.
Saat aku tidak tahu apa itu cinta, aku punya perasaan yang tidak kupahami dan aku melakukan hal-hal yang tidak aku pahami.
"Kau seharusnya berterima kasih."
Eric menaikkan alisnya. "Berterima kasih untuk membuat Isla yang sedang sakit menjadi lebih terpuruk?"
"Apa kau tidak pernah memikirkan aku?"
"Kau?" Eric mengerutkan kening. "Kurasa hubungan kita sudah jelas tertera dalam kontrak."
Aku menatapnya tak percaya.
"Apa kau mulai mencintaiku?" Eric bertanya dengan wajah datarnya.
Aku terdiam, mulutku tak bisa menjawab pertanyaan itu. Lebih tepatnya aku bahkan tidak mengerti alasan kenapa aku melakukan semua hal itu.
"Aku..." kepalaku menunduk. "Aku akan keluar, ku rasa aku akan menginap ditempat Aerith." Aku membalikkan badanku.
"Jane, aku belum selesai berbicara." Ujar Eric.
"Ku rasa kau harusnya bicara dengan Isla dulu." Aku bergegas berjalan keluar dari ruang kerjanya menuju kamarku untuk berganti baju.
Tanganku bergetar, ku atur nafasku dengan perlahan. Ku pejamkan mataku. Apa yang terjadi padaku?
Dering hp mengejutkanku. Ku lihat nama Mark terpampang di layar hp. Aku mengangkatnya.
"Hai." Ucapku padanya.
"Kau keren, Jane." Ucap Mark dengan semangat.
"Aku?"
"Ya, kau!" Ucap Mark menggebu-gebu. "Eric pasti bersyukur memiliki istri yang cerdas seperti mu. Kau mengubah pandangan masyarakat dalam sekejap."
"Ku harap." Ucapku pasrah.
"Apa sesuatu terjadi?"
"Hemm... bisa dibilang begitu."
"Apa kau ingin minum kopi bersama malam ini?"
"Kau ada waktu kosong? Aku akan segera bersiap."
"Tentu, aku akan menungguku di coffeshop, jangan lupa menggunakan masker mu, sekarang kau lebih populer dari presiden."
Aku terkekeh. "Thanks, Mark. Kau berhasil membuatku tertawa."
Cepat-cepat aku mengganti bajuku dengan kemeja dan sweater warna coklat muda diluar. Ku rasa udara diluar akan cukup dingin memgingat sebentar lagi akan turun salju. Ku gunakan sepatu putih dan ku padukan dengan tas dior hitam kecil.
Aku menuruni tangga, terlihat sepi di ruang utama. Sekarang sudah melewati jam makan malam, jadi kurasa pelayan sudah kembali ke kamar mereka masing-masing. Aku berjalan keluar untuk mendapatkan taksi, kurasa lebih aman menggunakan taksi saat kau ingin sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Life
RomanceMATURE CONTENT. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA [ 21+ ] Dia mendekat ke arahku, bagai dewa kematian yang siap menjemputku. Auranya dingin, menakutkan, dan begitu gelap. kata-kata itu sangat cocok untuk disematkan pada dirinya. Aku seperti pernah melihatny...