34. Nice People Can't Get Lucky

10K 847 12
                                    

*minta taburan bintangnya ya*

Aku memakan sarapanku berdua dengan ibu, tak ada yang membuka pembicaraan.

"Apa yang kau pikirkan, Jane?"

Suara ibu menyadarkanku. "Kenapa bu?"

Ibu tersenyum lembut. "Apa yang kau pikirkan?"

"Ah tidak..." ucapku memasukkan makanan kedalam mulutku lagi. "Eric pergi tidak mengatakan apapun?"

Ibu menggeleng. "Dia tadi terburu-buru."

Aku mengangguk-anggukan kepala.

"Kau bisa telfon dia setelah dia sampai disana."

"Gengsi."

"Kenapa harus gengsi?"

'Karena aku menghabiskan malam panas dengannya dan bahkan aku menikmatinya'

Aku menggeleng. "Aku akan bertemu dengan Mark saja"

"Mark?" Tanya ibu. "Mark si dokter itu?"

"Ya." Ucapku.

"Aku tidak terlalu menyukainya."

"Kenapa? Dia orang yang baik."

"Ibu mengangkat kedua bahunya."

"Tatapannya seperti ingin membunuh ibu."

Aku tertawa. "Ibu kebanyakan nonton sinteron."

"Kau harus berhati-hati padanya."

Aku tersenyum. "Tenang bu!"

Amber menyetir dengan tenang, hari ini kami akan bersiap akan ke Disney New York. Kami akan bertemu Mark disana, sepertinya salju akan turun dalam hitungan hari atau bahkan hitungan menit.

Aku terus menerus melihat hp ku, tak ada panggilan atau bahkan message dari Eric. Apa dia sungguh bersenang-senang disana?

"Amber." Panggilku.

"Ya, Jane."

"Apakah kau pernah jatuh cinta?"

Amber mengerutkan keningnya, bingung dengan pertanyaanku. "Pernah, Jane."

"Apakah kalian masih bersama?"

Amber menggeleng. "Dia meninggal empat tahun yang lalu."

"Ya Tuhan..." aku menatapnya sedih. "Maafkan aku."

"Tidak apa-apa, itu sudah lama."

"Kalau boleh aku tahu, apa penyebabnya?"

"Kecelakaan mobil tunggal."

"Amber, aku benar-benar minta maaf jika itu membuat mu sedih."

"Tidak apa-apa, justru itu membuahku sadar." Ucapnya sambil terus menyetir. "Bahwa menyia-nyiakan waktu adalah hal yang paling ku sesali."

"Kau sesali?"

"Andai aku tahu waktuku hanya sedikit maka aku tidak akan mau bertengkar dengannya, andai aku tahu waktu kami hanya sedikit aku akan menuruti apapun maunya." Ucap Amber.

"Sepertinya dia orang yang baik."

"Ya. But nice people can't get lucky."

Aku melihat kearahnya. "Dia sudah tenang disana." Ucapku menunjuk ketas. "Dia disurga."

Amber menatap ku penuh arti. "Thanks, Jane."

"Apa kau pernah membuka hati untuk orang lain?"

Secret LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang