*minta taburan bintangnya ya*
Aku terengah-engah seperti dikejar seseorang, ku lihat ibuku menarik tanganku kencang. Dia berlari didepanku, terlihat ketakutan dari matanya. Kami terus berlari menjauh, aku tidak tahu dari siapa dan apa? Aku hanya mengikuti ibuku, sampai kami melihat ada gang kecil. Ibu menarik tanganku untuk bersembunyi.
Ibu menutup mulutku untuk tidak mengeluarkan suara, kami mengatur napas bersama. Ku lihat dari celah ada beberapa orang berpakaian hitam mengejar kami, tak lama seseorang datang dia mengenakan jas juga, namun terlihat berbeda dengan yang lainnya. Beberapa orang yang mengejar kami menunduk hormat ketika dia datang. Aku menyipitkan mataku untuk dapat melihat dengan jelas wajah orang itu.
Jantungku berdegup kencang. Wajah itu... wajah itu.. Aku mengenalnya... hanya saja dia terlihat begitu muda disini... Dia... Dia....
Abraham Austine??!!??!!
Aku terengah-engah membuka mataku, Eric sudah tidak ada disampingku. Apakah dia bekerja hari ini? Aku bangun dari tempat tidurku sambil mencari kimono yang bertengger di nakas untuk digunakan. Dengan terburu-buru aku menuruni tangga. Beberapa pelayan menyapaku dengan senyuman atau lebih tepatnya tawa yang tertahan. Saat melewati kaca aku behenti sejenak melihat penampilanku, terlihat banyak kissmark dileher dan dadaku. ku rasakan panas menjalar di pipi ku, ini pasti ulah Eric. Kurapatkan kimono yang kugunakan, menatap tajam kearah pelayan itu. Mereka langsung merapatkan bibirnya dan menunduk setelah melihat tatapan tajam dariku.
"Dimana Eric?" Aku tidak membiarkan mereka menertawakanku. Sial! Eric membuatnya terlihat jelas.
"I'm here, baby." aku mendengar suaranya dari ruang TV.
Kakiku berlari dengan cepat untuk mendekatinya, aku begitu takut dia meninggalkanku. Lagi. Jake keluar dari ruang Tv sambil tersenyum hormat padaku. Aku membalasnya dan melanjutkan untuk berlari kearah Eric, aku melompat kepelukannya saat sampai di depannya.
"Hi, be careful, baby." ucapnya menangkapku. "I'm here."
"Aku kira... kau..." aku tak dapat melanjutkan perkataanku lagi, mengeratkan pelukanku pada lehernya.
"Apa anakku takut Daddynya pergi?"
"Bukan. Mommy yang takut Daddy pergi."
Dia tertawa lalu melihat wajahku. "kau sangat berbeda."
"Apa aku seperti ke kanak-kanakan?" Tanyaku cemberut.
Dia tersenyum. "Sedikit."
"Kau tidak suka?"
Dia tertawa geli. "Bagaimana bisa aku tidak menyukai istriku yang cantik?"
aku tersenyum, tersipu malu lalu teringat akan mimpiku. "Aku mimpi buruk." jujurku sambil melepas pelukannya lalu duduk di sofa menatap TV yang menampilkan berita terkini.
Eric duduk disebelahku, menarik pinggangku untuk lebih dekat dengannya. "Kau belum mandi? Baumu...."
"Aku bau?" aku langsung menjauh darinya dan mencium badanku.
"HAHHAHAHA." Eric terkekeh geli dan menarikku kembali untuk lebih dekat dengannya. "Kau bau... sex." bisiknya pada telingaku.
"Oh Ya Tuhan, Eric." aku tersipu, dia menatapku intens matanya menggelap. "Not again... kita semalam baru saja melakukannya."
"Tak ada kata cukup untukmu." dia mulai menciumi leherku.
"Eric, aku serius." ucapanku membuat dia berhenti menciumi leherku. "Aku memimpikan Abraham Austine."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Life
RomanceMATURE CONTENT. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA [ 21+ ] Dia mendekat ke arahku, bagai dewa kematian yang siap menjemputku. Auranya dingin, menakutkan, dan begitu gelap. kata-kata itu sangat cocok untuk disematkan pada dirinya. Aku seperti pernah melihatny...