*jangan lupa votenya*
"ARRRGHHHHH!!!!" Pelayan itu berteriak dengan kencang dan mundur ketakutan.
Tidak ada yang keluar dari kotak itu, aku pun maju penasaran dengan apa yang dia lihat. Tikus mati yang sudah bau di box itu dan... foto-fotoku bersama Eric di London.
Foto Eric menciumku di atas balkon? Tunggu ada yang tidak beres dengan foto ini, aku mengambil foto tersebut dan melipatnya.
"Jangan ada yang melihat, ini menjijikan." Ucapku pada mereka.
Aku membaca surat yang ada di bawahnya. 'Hello, Mrs. Strife. You should stop your husband before coronation.'
Aku buru-buru menutup lagi kotaknya, Sebuah tangan menahanku. "Biar aku lihat."
Aku menggeleng. "Jangan. Biar aku buang."
"Jane..." dia memanggilku dengan lembut. Aku menyerahkan kotak itu padanya.
Dia menutup matanya, memijat kepala sebelah kiri. "Siapa pengirimnya?" Eric bertanya pelan, tak ada jawaban.
"Siapa pengirimnya?!" Tanya Eric dengan nasa marah.
"Ta...ta...di... laki-laki dengan jaket kulit di depan." Ucap pelayan itu kikuk.
Aku cepat-cepat berlari keluar, namun tanganku ditahan oleh Eric. "Percuma dia pasti sudah tidak ada."
"Buang ini yang jauh, pastikan sangat jauh sampai tak terlihat." Ujar Eric pada pelayan itu, dia menaruh kotak itu di meja.
Sam akhirnya datang juga. Aku menyuruhnya untuk ke ruang tamu menemui Aerith. Eric naik ke kamarnya tanpa berbicara sepatah katapun.
Aku menyusulnya. Aku yakin, ini pasti mengganggu pikirannya. Ku ketok pintu dua kali namun tak ada jawaban, aku masuk perlahan. Ku lihat Eric sedang berdiri si balkon kamarnya.
Ku langkahkan kakiku untuk mendekat ke arahnya, dia menunduk membelakangiku. Aku tak pernah melihat dia yang seperti ini. Sangat baru untukku, Eric yang datar sekarang terlihat begitu kebingungan didepanku.
Aku mengelus punggungnya. "Hi." Sapaku pelan, aku memegang pelan tangannya mengarahkan badannya ke arahku.
Kedua tanganku memangku rahangnya yang tegas. "Its ok."
"No, its not." Ucapnya pelan. "Aku bahkan tidak mendengarkan penjelasanmu sama sekali, bahkan di London aku tidak percaya padamu." Dia seperti berbisik.
"I forgive you." Ucapku sambik tersenyum. "Aku mengerti kenapa kau tidak percaya padaku, lagipula semua bukti juga tidak mendukungku."
"Aku akan mencari tahu siapa yang mengirim itu." Ucapnya sambil meraih pinggangku menempelkan tubuhku pada tubuhnya.
"Kita sedang memainkan sandiwara didepan siapa?" Tanyaku sambil mengerutkan dahi.
Tiba-tiba dia menciumku kilat. "Ini untuk permintaan maafku karena tidak percaya padamu di London."
Dia mengecupku lagi. "Ini untuk permintaan maafku karena tidak mengikutimu malah menolong Isla." Aku tersipu.
Dia mengecupku lagi. "Ini untuk tidak mendengarkan penjelasanmu, bahwa kau tidak hamil." Aku mulai mengalungkan tanganku di pundaknya.
Dia masih mengecupku lagi. "Ini untuk aku yang marah-marah dan kasar padamu tadi.
Aku terkekeh pelan. "Ku pikir-pikir kau memang menyebalkan." Ucapku. "Tapi kenapa kau berpikir aku akan memaafkanmu setelah kau beri ciuman?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Life
RomanceMATURE CONTENT. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA [ 21+ ] Dia mendekat ke arahku, bagai dewa kematian yang siap menjemputku. Auranya dingin, menakutkan, dan begitu gelap. kata-kata itu sangat cocok untuk disematkan pada dirinya. Aku seperti pernah melihatny...