"Eric?" Seorang wanita berambut coklat, anggun, memiliki garis wajah yang tegas dan terlihat seperti bagsawan berdiri di ujung, dapat aku lihat matanya begitu berbinar saat melihat Eric.
"Isla?" Eric juga memanggilnya. Oh tidak, mata Eric juga berbinar saat melihatnya. Apakah mereka... oh tidak...
Wanita cantik itu berjalan perlahan mendekati Eric, Eric juga menghampirinya. Lalu tiba-tiba wanita itu lompat kepelukan Eric. "I miss u." Ucap wanita itu, aku dapat mendengarnya.
"Wah... wah... apakah ini cinta lama belum kelar? Harusnya kau nikahi saja Isla, Eric." Ucap seorang pria bertubuh tambun mendekat dari arah sisi kiri.
Aku hanya bisa melihat mereka dengan kebingungan. Laki-laki bertubuh tambun tersebut berjalan ke arahku. "Kau memang terlihat seperti angel without wings, Jane Bennett." Ujarnya mengulurkan tangan padaku.
Aku menerima uluran tangannya, dia mencium punggung tanganku. "Panggil aku Harry."
Senyumku mengembang tulus. "Hi Harry."
"Daripada kita melihat film romantis ini, sebaiknya aku mengajak kau berjalan-jalan selagi kamar mu dirapikan." Ujarnya ramah.
"Hmm... sebenarnya aku ingin segera merebahkan badanku."
"Kau bisa merebahkan badanmu setelah makan malam bersama kurasa."
Aku menghela napas, aku tidak berbohong bahwa aku memang benar-benar lelah. "Baiklah..."
Dia berjalan ke arah kanan, aku melihat Eric sekilas yang sedang asik mengobrol dengan perempuan yang bernama Isla, bahkan dia tidak mengenalkan ku pada Isla. Aku berjalan mengikuti Harry, dia berbicara banyak hal.
Namun, aku tidak dapat mendengarnya dengan jelas. Pikiranku sibuk mencari tahu tentang hubungan Eric dan Isla.
"Sepertinya pikiranmu ada ditempat lain."
Aku segera tersadar. "Ah... itu karena aku sangat lelah."
"Aku maklumi. Apa kau mau melihat danau?"
"Boleh." Jawabku ramah. "Harry, apa tidak ada orang disini selain kalian berdua dan pelayan?"
"Raja dan Ratu sedang pergi, tapi ayahku Prince George dan Princess Sofia akan bersama kita saat makan malam."
Aku mengangguk. "Apakah Isla saudaramu juga?"
"Lebih tepatnya tunanganku." Aku mengerutkan kening. "Tunangan ku karena perjodohan. Apa kau tidak pernah melihat berita?"
"Aku jarang melihat tv." Aku tertawa. "Aku seperti orang pedalaman."
"Kau terlalu bekerja keras, kenapa tidak berhenti setelah menikah dengan Eric?"
Aku mengangkat bahuku. "Aku menyukai pekerjaanku, untuk apa aku berhenti."
Kami terus berjalan di lorong serba putih dan gold, Harry membuka pintu kaca ke arah taman yang sangat luas, hamparan hijau dengan bunga lily putih di setiap sisinya.
"Harry, apa maksud dari cinta lama belum kelar yang kau bilang?" Tanyaku penasaran.
"Eric tidak pernah bercerita tentang Isla?"
Aku menggeleng. "Memang apa yang harus diceritakan?"
"Mereka pernah pacaran dulu, karena secara perjanjian Isla harus menikah denganku apapun yang terjadi untuk menjaga perjanjian keluarga kerajaan. Maka mereka putus."
"Apa... baru-baru saja mereka putus?"
"Tak lama sebelum kabar pernikahanmu."
"Hmm..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Life
RomanceMATURE CONTENT. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA [ 21+ ] Dia mendekat ke arahku, bagai dewa kematian yang siap menjemputku. Auranya dingin, menakutkan, dan begitu gelap. kata-kata itu sangat cocok untuk disematkan pada dirinya. Aku seperti pernah melihatny...