24. Do Miracles Happen?

9.6K 886 19
                                    

*jangan lupa taburan bintangnya*

Musim salju sebentar lagi akan tiba, angin berhembus dingin menusuk kulit. Aku merapatkan jaketku untuk menghangatkan, bunga-bunga telah berguguran.

"Hi." Suara seseorang dibelakangku.

Aku menoleh kebelakang, ada Isla disana. Dia tersenyum manis untukku. Kulihat dia sudah bersiap-siap untuk pergi.

"Kau mau pergi?"

"Ya, bersama Eric."

"Kemana?"

"Taman hiburan."

Aku mengangguk. "Selamat bersenang-senang."

"Kau tidak cemburu?"

"Untuk apa?"

"Eric hanya mengajakku."

"Aku memang hanya ingin bersantai dirumah."

"Apa dia pacarmu?"

"Siapa?"

"Pria yang mengantarmu mabuk."

"Dia buka pacarku."

"Akui saja."

Aku menghela nafas dan berdiri mendekatinya. "Eric adalah suamiku, kau pergi berdua dengan suamiku tidak akan mengubah apapun. Dia tetap suamiku yang sah." Bisikku sebelum aku masuk ke dalam rumah.

Kulihat Eric sangat bugar dengan setelah kasualnya, dia tersenyum ke arahku. Ah... dia tersenyum bagaikan malaikat. Sial!

"Kau mau ikut?" Tanyanya.

"Kemana?" Tanyaku pura-pura tak tahu.

"Aku rasa Jane sibuk." Ucap Isla di belakangku.

Aku tersenyum dan mengedipkan sebelah mata pada Isla. "Ku rasa aku ingin dirumah saja."

Eric mengacak rambutku. "Kau memang perlu istirahat."

Aku mengangguk tersipu. "Selamat bersenang-senang." Ucapku sungguh-sungguh.

Aku segera bergerak menuju kamar, kulihat dari balkon kamar yang memperlihatkan Eric dan Isla sedang masuk kedalam mobil. Lalu pandanganku beralih ke luar pagar.

Keningku mengkerut saat melihat sebuah mobil hitam menunggu di bawah pohon, seseorang mencurigakan seperti sedang memantau ke dalam rumah Eric. Aku tak dapat memastikan apakah itu perempuan atau laki-laki. Tanpa pikir panjang aku bertekad untuk mengikuti mereka diam-diam.

Kakiku bergerak mendekati lemari, ku ambil jeans dan tanktop hitam, ku gunakan jaket blue jeans dan tas yang cocok untuk pakaian kasual.

Aku mendengar deru mobil Eric sudah pergi, kulangkahkan kakiku dengan cepat menuruni anak tangga untuk mengambil mobil dan mengikuti mereka.

"Kau mau kemana?"

"Pergi dulu, Yohanna." Ucapku melambaikan tangan padanya.

Mobil hitam itu terus mengikuti Eric sampai  taman hiburan, mereka ada satu orang pria berkumis menggunakan jaket jeans dengan masker mengikuti Eric dan Isla.

Aku menggunakan masker dan kacamata hitam. Mengikutinya dari belakang, kulihat Isla dan Eric cukup bersenang-senang. Isla memeluk tangan kanan Eric dan mereka tertawa bersama.

Cara pandang Eric pada Isla membuat semuanya jelas. Eric memang belum mencintaiku, aku dapat melihat Isla masih menempati posisi yang sama dihati Eric.

Aku mengikuti mereka terus menerus, tidak ada yang mencurigakan dari pria berkumis itu. Hari semakin sore, kurasa taman hiburan ini cukup sepi. Hanya ada beberapa orang.

Secret LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang