Aku melempar kertas yang ada di tanganku ke lantai. "Aku tidak mau menandatanganinya."
"Jane, ini adalah hal yang baik." ucap Aerith meyakinkan.
"Apa yang baik? Aku sudah cerita apa yang dia katakan mengenai aku kan?!"
"Jane, ini Infinity Airline! Maskapai yang hampir merajai seluruh dunia." Leo berkata seperti berteriak.
"AKU TIDAK MAU!" ucapku sambil berdiri dari sofa ruang tengahku.
"Jane, kau tidak perlu memikirkan apa yang diucapkan Mr. Strife. Lupakan itu." Lily menambahkan.
"Sial! Bagaimana aku bisa melupakannya? Aku bahkan terngiang-ngiang perkataannya?" aku bertolak pinggang sangking kesalnya.
"Dia sudah menolongmu." Aerith berusaha membujuk.
"Persetan dengan itu! Dia hanya pria yang asal lewat, mungkin jika dia mengetahui bahwa itu aku, dia akan membiarkan aku mati."
"Jane..." Leo berusahan menenangkanku.
"Jangan paksa aku!" Selaku. "Dia bilang aku kekanak-kanakan, citraku negatif. Aku bahkan masih ingat betul dia tidak ingin duduk dekat dengan ku saat pesta ulang tahun pernikahan Mr dan Mrs President!" aku terengah-engah menjelaskan semuanya.
"Jane, tenangkan pikiranmu. Kau masih memiliki acara siang ini." ucap Aerith sambil berdiri dan mengipasi wajahku dengan tangannya.
"Acara apa?" Aku mengerutkan wajahku menatapnya.
Aerith melihat ke arah Leo dan Lily. "Apa tidak ada yang memberitahunya?" tanyanya.
"Apa?" aku meminta penjelasan Leo dan Lily.
Leo terlihat bingung dan menunduk. "Kami takut dia akan kabur jika kami memberitahunya jauh hari."
"Acara apa?!!" aku hampir berteriak.
"Donasi." Aerith menjelaskan dengan satu kata.
"Oh Tuhan! Aerith, kau tahu aku paling benci berdonasi hanya untuk pamer!"
"Jane, masalahnya tiba-tiba saja mereka tidak memperbolehkan donasi dengan nama anonim. Mereka ingin mengundang orang-orang yang berdonasi besar untuk berfoto bersama anak-anak yang kalian bantu." Jelasnya panjang lebar.
Aku menarik nafas kesal, menjambak rambutku. "Kau saja yang datang! Kau yang mentransfer uangnya."
"Aku sudah mendaftarkan namamu, mereka sangat antusias bahkan mereka memasang spanduk dengan fotomu."
"YA TUHAN!!!" teriakku frustasi.
"Jam berapa acaranya? Aku kira, aku akan libur hari ini."
"Tiga jam lagi, kau sebaiknya bersiap sekarang." ucap Lily tersenyum.
"Kau senang? Senyummu manis sekali." kataku padanya, senyum di bibir Lily langsung sirna.
"Tidak ada yang boleh tersenyum hari ini! Siapkan semuanya!" aku berjalan ke arah kamarku dengan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Life
RomanceMATURE CONTENT. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA [ 21+ ] Dia mendekat ke arahku, bagai dewa kematian yang siap menjemputku. Auranya dingin, menakutkan, dan begitu gelap. kata-kata itu sangat cocok untuk disematkan pada dirinya. Aku seperti pernah melihatny...