Dihari yang sudah ditunggu-tunggu.......
Rumah Ayu nampak sangat indah karena dihiasi ornamen pernikahan yang berwarna hijau. Mess para tentara sudah kosong karena semua tumpah dirumah Ayu sebagai tamu undangan pernikahan.
Tepat hari Minggu ini, Ayu dan Aris melangsungkan pernikahan nya dikediaman Ayu. Dan tradisi pedang pora akan dilaksanakan di Balai Sartika, Bandung.
Panggung sudah berdiri tepat di halaman rumah Ayu. Suara kecapi dan degung melantunkan musik khas Jawa Barat yang dinyanyikan sinden. Ayu dan Aris sengaja memilih nayub daripada dangutan, karena mereka berdua ingin melestarikan budaya Sunda.
Abah dan mak sedang berbincang-bincang dengan para tamu. Sementara Ayu sedang dirias oleh perias pengantin dikamar nya, ia nampak cantik sekali dengan balutan kebaya pengantin berwarna hijau tak lupa mengenakan hijab berwarna senada.
Sebagai pengantin dengan adat Sunda, tentu nya wajib mengenakan siger yang melingkar dikepala Ayu dengan anggun ditambah rangkaian bunga melati menambah kesan anggun Ayu.
Karena gugup, Ayu tak berani menatap cermin yang memantulkan bayangan dirinya yang tengah dirias. Ia membayangkan betapa tampan Aris saat ia datang kesini. Lalu bagaimana dirinya berhadapan dengan Aris setelah menikah?
"Nanti gimana? Pasti mas Aris nge–goda aku habis-habisan. Astagfirullah..." batin Ayu. Melihat sang calon pengantin gugup sendiri, perias pengantin Ayu pun mencoba menenangkan nya.
"Gugup ya kak?" Tanya si perias pengantin. Ayu hanya tersenyum tipis.
"Eng–gak. Kata siapa mbak."
Si perias pengantin hanya tersenyum lalu melanjutkan kegiatan nya. Ayu penasaran bagaimana rupa Aris saat mengenakan pakaian pernikahan lengkap dengan blangkon Sunda. Ia hanya bisa tersenyum memikirkan nya.
–Dikediaman Aris–
"Udah siap ini semua?" Tanya bibi Aris kepada rombongan mempelai pria yang akan berangkat dari Bandung ke kediaman mempelai wanita.
"Udah mah. Semua udah siap dan tinggal berangkat aja," gumam paman Aris. Sementara Aris masih didalam kamar dan sedang mempersiapkan diri ditemani Rama, Bayu dan Morang.
"Uhuy! Kasep pisan!" Goda Bayu melihat sosok Aris yang berbeda. Biasanya Aris selalu memakai baju loreng, sekarang ia memakai baju adat pernikahan.
"Terpesona ya? Aris Araga Nuransyah gitu lho," dahut Aris sambil tersenyum bangga. Tiba-tiba Morang menyikut lengan Aris dengan sengaja sehingga Aris menoleh kearah Morang.
"Udah hapal belum bacaan ijab qabul nya? Berapa mahar nya, apa aja. Kalo lupa dimana tuh harga diri kau, hahaha!" Ejek Morang sambil tertawa lebar.
"Rama!!" Panggil Aris. Dengan cepat Rama datang kehadapan Aris.
"Yo?"
"Tolong bantu gue simulasi–in pas ijab qabul nanti dong! Takut lupa atau ada salah ucap gitu. Misalnya gue jadi ngomong saya nikahkan Rahayu Kusumah dengan anda, kan enak di penghulu nya," canda Aris yang dibalas tawa riang oleh kawan-kawan nya.
Rama pun mengangguk lalu mereka berdua duduk dibangku yang tengah nya sudah diberi meja. Rama mengulurkan tangan nya dan dengan segera Aris menjabat tangan Rama layaknya menjabat tangan penghulu.
"Saya nikahkan engkau, Aris Araga Nuransyah bin... Nama bapak lo siapa? Gue lupa," tanya Rama yang membuat suasana tegang berubah menjadi tawa.
"Nama bapak gue Eko Trimodjo!" Seru Aris yang kembali menjabat tangan Rama. Rama mengangguk lalu kembali mensimulasikan suasana ijab qabul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be With You [END]
Literatura Feminina🍀Sequel dari Tentara Wanita Bagi seorang tentara, pilihan hanya ada "ya atau tidak" tidak ada abu-abu. Salah pilih fatal akibat nya. Sebuah pilihan yang sulit antara memilih orang yang membantu nya dari nol atau memilih orang yang menikmati hasil...