"Jadi... kenapa kamu tidak kuliah?"
Aku menyerah mengabaikannya, dia berisik. Jadilah aku membiarkannya duduk di dalam minimarket sementara aku mondar mandir memeriksa barang yang datang pagi ini.
"Lena, jawab—"
"Tidak ada yang bilang aku nggak kuliah. Kuliahku masih nanti jam siang," jawabku seadanya.
Dia terlihat manggut manggut, sok paham sebelum kembali bertanya, "Nanti malam ada acara? Kalau tidak ada aku mau—"
"Ada."
Lelaki itu mengerjap, menungguku melanjutkan kalimatku. Tidak kunjung mendapat jawaban, matanya mengikuti kemanapun aku pergi.
"Dengar, Beomgyu. Aku sibuk. Lihat sendiri, kan? Aku harus bekerja, lalu nanti kuliah. Kemudian malam aku ada kerja paruh waktu di kafe," jelasku, berhenti di depannya.
"Kenapa sibuk sekali sih? Tidak kasihan pada tubuhmu?"
Aku terhenyak beberapa detik sebelum menggeleng, "Kamu tidak tahu apa apa. Aku sudah biasa."
"Kalau begitu bagi bebanmu padaku. Itu gunanya aku di sini, dikirim untuk membantumu."
Meletakkan sekeranjang roti pagi di dekat etalase, aku memerhatikan lelaki yang tiba tiba hadir di kehidupanku dengan alasan konyol.
"Aku masih tidak bisa mempercayai itu."
Maksudku, kalian mau aku percaya kalau makhluk tampan ini keluar dari layar ponselku? Itu gila.
Beomgyu menghela napas kecil, "Yah, ini juga pertama buatku. Seperti hanya kamu yang menyukaiku di cerita itu, sisanya pasti memilih Yeonjun atau Soobin."
Dia sedang membicarakan saudaranya? Terdengar sedih dengan raut wajah murungnya, tapi aku tidak berniat untuk tahu lebih lanjut.
Membiarkan pemuda itu duduk dan memandang jalanan, aku kembali melanjutkan pekerjaanku.
Tanganku sibuk, otakku juga sibuk. Bayangkan saja, ini tidak masuk akal dimana seorang lelaki tiba tiba hadir hanya karena aku mengetuk layar ponselku dua kali.
Seperti Jin Aladin.
Lalu mengatakan kalau dia dikirim karena aku butuh bantuan, padahal kenyataannya aku baik baik saja mengurus diriku sendiri.
Lelah memasang senyum formal untuk pelanggan sekitar tiga jam terakhir, aku melepas shift ku dan berganti pakaian.
Membawa tas pundakku, aku sudah siap menuntut ilmu sampai lupa kalau punya tanggungan di sini.
"Kuliah, kan?" tanyanya, berjalan di sebelahku dengan ringan.
Aku menghela napas panjang, "Choi Beomgyu," panggilku.
"Hm?"
"Kuliahku akan lama. Kamu seharusnya tidak ikut."
Kulihat wajahnya seakan sedang berpikir, mencerna maksudku. Kemudian dia mengangguk, tersenyum tipis tapi matanya masih menyipit, "Baiklah. Berikan aku kunci rumahmu kalau begitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
virtual || choi beomgyu [✔]
Fanfiction[ғɪᴄᴛɪᴏɴ - ғᴀɴᴛᴀsʏ] "Ketuk dua kali untuk membuat dia nyata," begitu kalimat terakhir dari cerita yang aku baca. Ha. Bualan untuk anak anak. °txt fanfiction° •oc •choi beomgyu