Membuka pintu kamar, Beomgyu dan Lena sudah siap menanyakan segudang kebingungan pada satu satunya orang yang paling paham soal ini.
Choi Soobin.
Jantung yang berpacu cepat sejak perjalanan pulang seakan turun ke perut saat melihat Soobin duduk di pinggir ranjang, tangannya bergetar memegang ponsel, menatap mereka berdua di ambang pintu dengan tatapan kosong.
"Kak, tolong jelaskan."
»»——⍟——««
Choi Yeonjun, putra sulung keluarga Choi. Diharapkan menjadi penerus berikutnya perusahaan keluarga mereka.
Namun, jiwa bebasnya enggan mengemban tanggung jawab sebagai penerus. Alhasil, Yeonjun bersikukuh meminta hak kebebasan.
Warisan bahkan tidak ada di kamus anak anak keluarga Choi. Mereka muak dengan harta. Diatur dengan ego dan logika, sampai lupa ada yang namanya kasih sayang.
Choi Soobin, putra tengah yang merasa sering mengalah di keluarganya. Nyatanya, sang ayah juga menyiapkan Soobin untuk menjadi penerus kedua setelah Yeonjun.
Walau berat, dia tetap harus menjalani hidup sebagai seorang penerus, hingga tiba selangkah lagi sampai Soobin benar benar memegang perusahaan sepenuhnya. Sejatinya, Soobin membenci hal ini.
Choi bersaudara yang sangat paham kalau perusahaan dapat mengubah orang tuanya. Yang dulu pengertian menjadi cuek dan temperamen. Atau sederhananya, mereka membenci perusahaan keluarga Choi.
Yang terakhir dan sering dilupakan, Choi Beomgyu, anak bungsu yang lebih sering mengalah untuk kakaknya. Berbeda dengan saudaranya, Beomgyu tidak ada di dalam daftar penerus.
Tidak ada di dalam daftar bukan berarti membuat Beomgyu bebas. Bermusik pun sering kali dilarang. Sampai akhirnya Beomgyu memutuskan mengikuti kemauan ibunya untuk menjadi dokter, mewujudkan cita cita sang ibu yang belum sempat terwujud.
Padahal hatinya berlabuh untuk musik. Padahal keinginannya sederhana; mereka kembali menjadi keluarga seperti dulu.
Dimulai dari menginginkan hak kebebasan, sang ayah tidak mau tahu. Kepala keluarga Choi hanya menginginkan satu penerus, sampai pada akhirnya Soobin yang seakan menjadi tumbal.
"Tidak adil!" Begitu jerit batin si anak tengah. Memberontak dan mulai menyalahkan si anak sulung.
"Kenapa menyalahkanku? Kamu juga harusnya memperjuangkan hakmu!"
"Kalau semudah itu aku akan memberikan semua tugas ini pada Beomgyu dari lama. Tapi ayah menginginkan aku atau kakak, bukan Beomgyu!"
Tanpa mereka sadari kalau sepasang telinga yang mendengarkan di balik pintu cukup merasa sakit. Ingin marah tapi tidak punya hak, ingin menangis tapi memang dia siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
virtual || choi beomgyu [✔]
Fanfiction[ғɪᴄᴛɪᴏɴ - ғᴀɴᴛᴀsʏ] "Ketuk dua kali untuk membuat dia nyata," begitu kalimat terakhir dari cerita yang aku baca. Ha. Bualan untuk anak anak. °txt fanfiction° •oc •choi beomgyu