Sore ini, Kai tertidur pulas setelah bermain dengan kakak dan teman kakaknya. Sementara mereka yang belum beristirahat dengan benar sejak kemarin, sedang duduk di taman rumah sakit sambil menikmati langit berubah warna perlahan.
"Tidak lelah, Len?" tanya Beomgyu, menyesap kaleng kopinya.
Lena cuma tersenyum tipis menjawabnya, kembali memerhatikan anak anak kecil yang berlarian ditemani selang infus. Kasihan.
"Lukanya masih sakit?" tanya Beomgyu lagi, enggan diam sejenak di dekat Lena.
Dasarnya, Beomgyu memang cerewet.
"Tidak terlalu."
"Baguslah. Sekarang mau cerita kenapa bisa luka seperti itu?"
Lena diam sebentar, menyiapkan mental. Ragu harus mulai darimana, merangkai kata kata yang pas agar dirinya tidak terlihat lemah.
Harga diri Lena tinggi, kadang itu yang mempersulit dirinya sendiri.
Menghela napas panjang, Lena mulai membuka mulut, "Aku harus cerita darimana? Ini... rumit, Beomgyu."
Beomgyu melirik kecil, memberi waktu bagi Lena untuk menjeda sebelum kembali bercerita.
"Aku tadi ke rumahku."
"Hmm, lalu?"
"Bertemu ayahku."
"..."
"Dia bukan ayah kandungku."
Beomgyu masih diam. Menyimak selagi langit mulai mengganti warna dan udara semakin sejuk.
"Karena aku di Seoul dan Kai di sini, otomatis ayah yang bertanggung jawab atas Kai. Aku bekerja untuk adikku, Beomgyu, aku gila kerja agar dia bisa makan."
"Penyakitnya berhubungan dengan lambung dan disebabkan karena telat makan. Aku tahu uang yang aku kirim ayah gunakan untuk dirinya dan bukan adikku. Tapi aku tidak mengira kalau... dia setega ini."
Beomgyu mengusap tangan Lena yang mulai gelisah, tersenyum lembut agar gadis itu sedikit lebih tenang.
"Awalnya aku datang untuk bertanya baik baik, tapi rasanya marah melihat rumah—yang dulunya milik—ku berantakan. Bir dan alkohol, dia seperti pecandu."
Lena mengusap wajahnya kasar, melanjutkan, "Aku tidak bisa membayangkan Kai harus hidup dengan pria itu sejak aku didepak dari rumah. Dia pasti tersiksa."
"Dia anak yang kuat, Lena, sepertimu," celetuk Beomgyu, kembali mengusap tangan Lena.
"Aku ingin membawa Kai pergi dari sana, karena itu aku terus bekerja demi membuat hidup yang lebih baik di Seoul."
"Aku sadar aku tidak punya hak apa apa. Karena di pengadilan, yang dilihat hanya hubungan darah, dan kemapanan."
"Kai anak kandung ayah, yang jelas punya hak penuh sementara aku hanya kakak satu ibu."
KAMU SEDANG MEMBACA
virtual || choi beomgyu [✔]
Fiksi Penggemar[ғɪᴄᴛɪᴏɴ - ғᴀɴᴛᴀsʏ] "Ketuk dua kali untuk membuat dia nyata," begitu kalimat terakhir dari cerita yang aku baca. Ha. Bualan untuk anak anak. °txt fanfiction° •oc •choi beomgyu