※23

873 274 274
                                    

Berbaring di hamparan rumput setelah menghabiskan makan malam, aku dan Beomgyu sama sama merasa ringan sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Berbaring di hamparan rumput setelah menghabiskan makan malam, aku dan Beomgyu sama sama merasa ringan sekarang.

Dia mulai menceritakan alasannya menangis. Benar rupanya, karena bertengkar dengan Soobin.

Meski di tengah ceritanya dia tertawa, rasanya terdengar begitu menyakitkan.

"Aku lelah, Lena," bisiknya di akhir.

Hatiku teriris mendengarnya. Mengingat dia yang selalu menjadi ceria di depanku, tertawa nyaring sampai telingaku sakit, juga tingkah usil yang membuatku pusing.

Jauh di lubuk hatinya dia lelah.

"Lucu, ya? Orang sepertiku bisa merasakan lelah, hahahaha."

Aku tidak suka tawa hambarnya. Sedikit menoleh kesamping, aku menyahut, "Jangan tertawakan hidupmu, Beomgyu. Hidupmu bukan lelucon."

Mengulang kata katanya yang masih aku ingat sampai sekarang, Beomgyu berhenti tertawa. Menatapku lama, sementara aku menelisik perasaannya.

"Bagaimanapun, kamu manusia, Beomgyu."

Lagi, aku mengulang kata katanya. Semua yang pernah dia katakan kepadaku benar benar melekat dalam benak meski aku seorang yang pelupa.

"Harusnya aku yang mendengarkan semua masalahmu. Kenapa jadi kamu yang mengambil peranku?" gumamnya tidak terima.

"Beomgyu, dengar. Aku tidak akan lelah mengatakan ini. Aku juga ingin menjadi telingamu, sama halnya kamu yang menjadi telingaku."

Membiarkan angin malam mengacak acak rambutnya, tanpa sadar aku sempat terbuai ketampanannya.

Garis wajahnya yang seperti pahatan, hidung bangirnya yang sedikit memerah karena dingin, sorot matanya yang sayu. Beomgyu begitu sempurna.

Menyadari senyum tipisku, sudut bibirnya membentuk lengkung yang akhir akhir ini menjadi favoritku.

"Aku tahu aku tampan," celetuknya.

Ah, sesaat aku lupa kalau ini Beomgyu yang jahil.

"Kamu pernah bilang waktu itu kalau berbaring seperti ini dapat menghilangkan bebanku sesaat."

Aku mulai menatap langit malam dan awan awannya, bintang yang bersembunyi di balik awan sementara sang ratu malam sedang memendarkan cahayanya.

"Berbaring dan bercerita, mengamati bentuk awan, menjernihkan pikiran."

"Apa aku pernah bilang kalau kedatanganmu membuat masalahku berkurang, Beomgyu?" Aku meliriknya kecil.

Dia masih setia menolehkan kepalanya, menatapku meski menggeleng kecil. Terlihat lucu.

"Kamu mengatakan padaku untuk menikmati hidup, untuk memberikan istirahat pada tubuhku sejenak, untuk menjaga kesehatanku."

"Beomgyu, kamu berhasil menyelesaikan masalah yang aku sendiri bahkan tidak sadar punya masalah ini."

virtual || choi beomgyu [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang