※16

965 284 284
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di sinilah kami sekarang. Beomgyu membawaku ke taman dan mulai berjalan santai. Bukan taman kota yang ramai, hanya hamparan luas penuh rumput dan cukup sepi.

"Mau es krim?" tanyanya.

Aku mengangguk setuju. Mengikuti langkah lebarnya menuju kios es krim di dekat sana.

Membeli dua varian rasa, aku jadi teringat, "Kita tidak bisa lama lama. Sebentar lagi kan masuk kerja."

"Lena, kamu lupa?" tanya Beomgyu kaget, menatapku dengan mata melebar.

Apa? Apalagi yang aku lupakan?

"Serius, ingatanmu buruk sekali. Belum tua tapi sudah sering lupa," cibir Beomgyu.

Kesal, aku memukul pundaknya sampai dia hendak memprotes. Mendapat tatapan tajamku, Beomgyu lantas menutup mulut. Tidak jadi memprotes.

"Kemarin kan Kak Eunha bilang kalau kafe sedang direnovasi, jadi libur," jelas Beomgyu, berjalan kecil di sampingku sambil memakan es krimnya.

Ah, iya. Benar juga.

Astaga, apa ingatanku begitu buruk? Aku masih berkepala dua. Tapi lumayan, dapat hari istirahat setelah masalah kemarin.

Berjalan ringan di sebelah Beomgyu rasanya sudah seperti rutinitasku akhir akhir ini. Menikmati angin bersama selagi mengobrol.

Kita benar benar bersama 24/7, tapi masih belum menyelesaikan apa apa di hidupku.

"Lena," panggilnya.

Aku menoleh, mengikuti langkahnya yang berbelok menuju supermarket terdekat.

"Hidup itu cuma sekali. Jangan disia-siakan." Tangannya terulur untuk membukakan pintu, membiarkan aku masuk lebih dulu.

Pergi ke rak camilan dan ramen, dia masih mengoceh, "Aku tahu kamu berusaha keras untuk tujuan kebahagiaanmu."

"Tapi." Dia berbalik, tersenyum manis hingga sempat membuatku terperangah. Tangannya bertengger di pundakku, menggeser letak berdiriku untuk mengambil barang di belakangku.

"Sesekali nikmati hidupmu. Berikan libur sehari untuk tubuhmu. Kasihan, mungkin tubuhmu sedang kelelahan dan kamu tidak tahu."

Aku diam. Kakiku memang membuntuti Beomgyu yang mulai membayar belanjaannya di kasir. Tapi pikiranku berkelana.

Dia benar.

Aku terlalu kejam ya dengan diriku? Tidak memerhatikan tubuhku yang merengek untuk istirahat, ataupun mentalku yang sebenarnya sudah lama menangis hingga kering.

Beomgyu, kenapa kamu begini?

Rasanya seperti sedang membangunkan rumah untukku, tapi nantinya hanya aku tinggali sendiri.

virtual || choi beomgyu [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang