Aku tertawa. Lihat betapa konyol wajah yang dibuat orang di depanku ini. Sebenarnya dia tampan, tapi wajah konyolnya? Sangat lawak!
"Kak, yang lain!" pekikku.
Aku kembali tertawa hingga tubuhku jatuh. Beruntung, kakak keduaku sigap menangkap tubuhku sebelum terantuk tanah.
"Hahahaha, Kak Yeonjun jelek sekali!"
"Hei, ini itu bakat!" balasnya tidak terima.
"Hahahha bakat berwajah jelek?"
"Yang kamu kira kekurangan, sebenarnya adalah kelebihanmu tau," cebiknya membela diri.
Aku menyelesaikan tawaku, menyisakan senyum tipis. Mengulurkan tangan untuk meminta, "Gendong," rengekku.
Yeonjun tertawa, meraih tubuhku dan diangkatnya dengan mudah. Berjalan kembali masuk ke rumah.
"Kak Soobin, ayo makan!" seruku.
Soobin menyahut dari luar rumah, "Sebentar! Sandalmu tertinggal!"
Ah, bodoh! Aku memang sengaja meninggalkannya di situ karena di dalam rumah tidak boleh pakai sandal.
Untuk yang kesekian kalinya, aku duduk di belakang pintu kamarku. Menyimak pertengkaran hebat di luar sana.
Warisan? Bukan. Tapi hak kebebasan.
"Kalau aku tidak boleh, Beomgyu juga tidak!"
Bukan juga yang pertama kali namaku disebut seperti ini. Menghela napas panjang, aku berdiri. Menepuk dadaku yang sedikit sakit sebelum membuka pintu kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
virtual || choi beomgyu [✔]
Fanfic[ғɪᴄᴛɪᴏɴ - ғᴀɴᴛᴀsʏ] "Ketuk dua kali untuk membuat dia nyata," begitu kalimat terakhir dari cerita yang aku baca. Ha. Bualan untuk anak anak. °txt fanfiction° •oc •choi beomgyu