※08

1K 324 239
                                    

Duduk di kamar Lena—tempat pertama kali mereka bertemu, baik Lena maupun Beomgyu sedang sibuk sendiri sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Duduk di kamar Lena—tempat pertama kali mereka bertemu, baik Lena maupun Beomgyu sedang sibuk sendiri sekarang.

Lena yang sibuk mengerjakan tugas kuliahnya dan Beomgyu yang sibuk memerhatikan gadis itu.

"Jadi... maksudmu membantu mengerjakan tugas kuliah, begitu?" cibir Beomgyu.

Lena mengendikkan bahu acuh, "Aslinya bukan, tapi aku baru ingat ada tugas."

"Lena."

"Hm?"

"Aku penasaran."

"Soal?"

"Kenapa menyukaiku?"

Lena menghentikan kegiatan menulisnya. Menegakkan punggungnya lalu menoleh menatap Beomgyu sepenuhnya.

"Maksudmu?" tanya Lena heran.

"Di cerita itu, aku bahkan hampir transparan. Aku bukan tokoh utamanya, jadi kenapa aku?"

Lena menipiskan bibir, mengadah melihat langit langit kamarnya, "Iya, kenapa kamu?"

Kemudian hening. Larut dalam pikiran masing masing. Yang satu menatap langit langit kamar, yang satu lagi menatap keluar jendela.

"Seminggu di sini, aku tidak pernah melihatmu menghubungi keluargamu. Dimana keluargamu, Lena?" tanya Beomgyu lagi, memecah keheningan.

Lena ragu menjawab, walau tingkat kepercayaannya pada Beomgyu meningkat, dia belum bisa menceritakan segalanya.

"Na?"

"Aku menghubungi adikku sesekali." Lena tersenyum tipis, mengingat bagaimana tingkah adiknya tiap mereka bertemu.

"Kamu punya adik? Wah! Boleh ceritakan tentang dia?" Beomgyu menjadi antusias setelahnya. Bersiap mendengarkan dongeng sambil memeluk bantal Lena di atas tempat tidur.

Lena tertawa kecil, "Memang apa yang mau kamu dengar?"

"Entahlah. Rupanya? Senyumnya? Kelakuannya?"

"Dia menggemaskan, Beomgyu."

Sesaat, lelaki itu terpaku melihat bagaimana Lena tersenyum saat membicarakan adiknya.

"Anak laki laki yang selalu tertawa girang tiap kami bertemu. Sorot matanya mirip dirimu, memancarkan galaksi."

Beomgyu menikmati pemandangan ini. Tersenyum sambil menopang dagunya. Melihat bagaimana Lena begitu menyayangi adiknya.

"Dia tertawa seperti lumba lumba, tapi itu candu. Bagaimana dia terus mengatakan kalau dia merindukanku dan ingin bertemu, tapi tidak bisa."

Lena bisa merasakan rasa rindu yang dia pendam bertahun tahun mengoyak keluar, mengundang air naik ke pelupuk matanya.

Beomgyu cukup peka. Dia sadar. Bahkan beranjak saat Lena menyeka pipinya kasar.

Tangan besar Beomgyu menurunkan tangan Lena, mulai mengusap pelan air mata yang turun dari manik cantik gadis itu perlahan.

virtual || choi beomgyu [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang