Sudah dua hari aku resmi menjadi mahasiswi. Siang ini aku sudah menyelesaikan semua sesi kelasku. Hari ini hanya empat sks yang aku pelajari.
Teman kelasku mengajakku untuk menghabiskan waktu di lingkup kampus. Sebenarnya aku ingin pulang, tapi Runi, teman yang selalu duduk di sampingku sejak hari pertama, memaksaku untuk ikut bergabung.
Aku yang memang pemalas untuk sekedar berjalan, memilih menunggu mereka di kantin kampus. Aku memesan milkshake di salah satu warung yang ada di kantin. Banyak sekali pilihan makanan dan minuman di sini.
Kenapa mereka tidak memilih untuk bekeliling di kantin saja?
Selain memesan minum, aku juga memesan makanan ringan. Hey, percayalah, berkeliling di kantin jauh lebih menyenangkan.
Tidak begitu lama aku menunggu, hanya sekitar setengah jam dan itu tepat sebelum aku menghabiskan setengah milkshake yang tersisa, mereka kembali.
"Miso, bagi dong. Aus nih" ucap Runi sesaat setelah ia tiba dan duduk di seberangku danmengambil minumanku.
"Gimana, capek? Dari mana aja kamu? Apa yang kamu temukan?" Tanyaku pada Runi, ya aku hanya bertanya pada Runi karena aku malu jika harus bertanya pada teman yang lain walaupun mereka duduk di samping dan sebrangku juga.
"Banyak! Aku mendapatkan harta karun yang sangat berharga!!!" saut Runi penuh antusias.
"Jangan menipuku Run, cepat katakan yang sebenarnya" sanggahku.
"Ah kamu Mis, aku serius loh. Nih buktinya!" Runi menunjukkan layar ponselnya padaku.
"Apasih Runi, kok nomor telepon?" aku bingung, karena Runi menunjukkan nomor telepon yang menurutku itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan harta karun yang biasanya berupa emas permata ataupun berlian.
"Astaga teman baruku yang sangat imutttt, ini nomor kakak tingkat ganteng di kampus ini Miso. Liat deh, aku punya nomor telepon dia dan yang terpenting terdahsyat terualalala adalah, bukan aku yang minta duluan, tapi dia! Dia yang pertama nyapa aku dan berakhir dengan dia yang minta nomor telepon aku! Aduh seneng banget aku hahaha" ucap Runi dengan penuh bahagia.
"Wah, kamu serius? Hahaha duh aku ikut seneng Run. Ciee punya gebetan baru nih" Sautku untuk Runi
"Hahaha iya ih aku seneng banget. Ohiya dia tadi bilang mau tanding Basket loh. Yuk buruan ke lapangan!" ajak Runi seraya beranjak dan mengajak teman kelasku yang lain.
_______________________________________
Benar tebakanku. Kini aku sedang duduk di tribun lapangan menyaksikan pertandingan bola Basket. Dia yang sebelumnya aku ceritakan, sedang bermain bola Basket dengan tim kampus ini melawan tim kampus lain.
Ya, dia yang bernama Adi, si lelaki yang dapat membuatku lemah hanya dalam hitungan menit.
Tidak disangka bahwa dia bisa langsung masuk dalam grup inti. Dia sangat handal, seakan lapangan adalah rumahnya. Dia mampu mengalihkan lawan dan menjaga bola agar tetap dalam genggamannya.
Aku seperti sedang menyaksikan seorang pangeran berkuda.
Dia begitu sempurna, bahkan selain mampu mengalihkan lawan dalam permainan, dia juga mampu mengalihkan kami para penonton sehingga hanya dapat tertuju padanya.
Ya, kecuali si Runi yang kini sedang fokus memperhatikan gebetan barunya itu.
Teman kelasku yang juga ikut hadir sebagai penonton, mulai membiacarakannya. Ada yang mengatakan bahwa dia memang dulunya kapten tim Basket.
Ada juga yang mengatakan kalau dia sudah biasa mengharumkan nama sekolahnya di kejuaraan. Bahkan aku mendengar perkataan lain kalau ternyata, tim Basket sekolahnya pernah melawan tim Basket kampus ini di babak final.
Aku tidak menyangka bahwa dia sekeren itu.
Sudahlah mulai sekarang sepertinya aku tertarik untuk menulis tentangnya dalam buku harianku.
Ah tidak! Tidak hanya menulis di buku harian, aku juga harus membuat surat. Surat yang kelak akan aku berikan kepadanya ketika aku memiliki keberanian.
_______________________________________
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑷𝑬𝑵𝑮𝑬𝑪𝑼𝑻 (End) ✓ [REVISI]
Короткий рассказ𝑺𝒆𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂,,, 𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒅𝒊𝒑𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒓𝒊 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝑺𝒆𝒄𝒆𝒓𝒄𝒂𝒉 𝒉𝒂𝒓𝒂𝒑𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏𝒂𝒏 𝑺𝒆𝒕𝒊𝒕𝒊𝒌 𝒄𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒂𝒊 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒌𝒖 𝒕𝒆𝒓�...