"Nak, ayah dan ibu boleh masuk?"Suara ibuku terdengar dari balik pintu. Aku menghampiri pintu dan mempersilahkan mereka masuk.
"Iya ayah ibu, ada apa?"
"Bagaiaman harimu di kampus? apakah menyenangkan?" ayah bertanya padaku sambil mengusak rambutku halus
"Hariku menyenangkan ayah, aku memiliki banyak teman dan,," ucapku menggantung ragu dan malu bercampur jadi satu.
"Dan apa nak? apakah ada dosen yang tidak menyenangkan" ibu bertanya padaku penasaran, begitupun ayahh yang menampilkan rasa penasarannya melalui sorot mata.
"Bukan begitu bu, hanya saja sepertinya aku menyukai seseorang. Dia menarik perhatianku sejak hari pertama kuliah" akuyang terlanjur malu segeram menarik selimut untuk menutupi wajahku yang sepertinya memerah.
"Wahahaha anak ayah sudah besar. Ayo ceritakan, seperti apa lelaki yang bisa membuat wajah anak ayah memerah seperti ini?" ayah berbiacar sambil menarik selimut yang menutupi wajahku.
Oh sungguh, saat ini ayah sedang meledekku.
"Ih ayah, jangan ngeledk Miso, kasian dia udah mirip udang rebus tuh. Ajak dia kesini nak, ibu akan membuatkannya makanan yang paling enak" ucap ibu antusias.
"Hahaha tidak mungkin bu. Ibu dan ayah jangan beritahu siapa pun tentang ini ya. Janji?"
"Begitu ya, baiklah. Ayah dan ibu berjanji menjadikan hal ini rahasia diantara kita bertiga" ucap ayah dan memberikan jari kelingkingnya untuk membuat simbol janji dengan ku. Lalu ibu juga melakukan janji kelingking denganku.
Pada akhirnya obrolan berlanjut dengan kami yang saling berbagi cerita. Ibu bercerita tentang teman arisannya yang kini memiliki cafe baru, ayah bercerita tentang uniknya klien yang ia temui siang hari tadi, dan cerita lainnya.
Tidak terasa malam sudah mulai larut. Jam menunjukkan pukul sembilan malam , ibu dan ayah pun kembali ke kamar mereka.
Setelah pembicaraan tadi, aku kini duduk di tepi jendela. Langit di atas sana sangat indah. Bulan dan bintang yang bertaburan hadir.
Mereka menampakan keindahannya. Mereka cemerlang sehingga mampu menerangi dalam kegelapan. Aku mengambil kertas origami yang selalu aku siapkan di atas meja belajarku. Lalu aku kembali duduk di tepi jendela, aku membuat pesawat kertas dan aku terbangkan keluar sana.
Aku teringat dengan toples yang baru berisikan satu surat. Akhirnya aku berpindah duduk di kursi meja belajar dan mulai menarikan pulpen membentuk beberapa untaian kalimat.
“Malam Adi, aku sedang duduk di tepi jendela memandangi bulan yang terang dan bintang yang bertaburan di gelapnya langit malam.
Secara tiba-tiba aku mengingat dirimu, caramu bermain di lapangan dan caramu besikap di kelas. Akhirnya aku berpindah ke meja belajar dan menuliskan surat ini untukmu.
Bagaimana malammu, apakah kamu juga memandangi indahnya malam?
Hari ini kamu terlihat hebat. Oh tidak, bukan hanya hari ini, bahkan hari-hari sebelumnya pun kamu juga terlihat hebat. Kamu selalu hebat hehe.
Jujur, tadi aku tidak bermaksud untuk sombong ataupun angkuh. Maaf tidak membalas tatapanmu dan hanya menjawab dengan anggukan. Adi, aku senang kamu terlambat.
Adi, kamu harus tau kalau tadi aku bercerita dengan ayah dan ibuku tentang perasaanku padamu. Aku belum menyebutkan namamu. Aku malu.
Ketika ibu tau kalau ada seorang laki-laki yang menarik perhatianku, ia ingin mengundangmu kerumah.
Tapi jelas sekali itu tidak mungkin bisa terwujud karena aku tidak akan memiliki keberanian mengajakmu. Menyapamu saja aku ragu.”
Sudah, aku selesai membuat burung ke duaku itu. Toples ku kini terisi dua burung. Burung dengan warna yang sama, putih. Ahh mereka sangat cantik.
Sebelum tidur, aku terbiasa menghabiskan apa yang ibuku siapkan setiap hari. Mau bagaimana lagi, aku harus menghabiskannya karena ibuku tulus menyiapkannya.
Ibu pernah menasehati aku ketika aku tidak mau menghabiskannya,
"Habiskan, ibu menyiapkan ini semua demi kamu"
Akhirnya, sejak saat itu aku terus menghabiskannya walaupun aku sudah bosan.
_______________________________________
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑷𝑬𝑵𝑮𝑬𝑪𝑼𝑻 (End) ✓ [REVISI]
Короткий рассказ𝑺𝒆𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂,,, 𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒅𝒊𝒑𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒓𝒊 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝑺𝒆𝒄𝒆𝒓𝒄𝒂𝒉 𝒉𝒂𝒓𝒂𝒑𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏𝒂𝒏 𝑺𝒆𝒕𝒊𝒕𝒊𝒌 𝒄𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒂𝒊 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒌𝒖 𝒕𝒆𝒓�...