𝚂𝚞𝚛𝚊𝚝 𝙺𝚎𝚝𝚒𝚐𝚊

27 3 0
                                    

"Bawa ini, berikan padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bawa ini, berikan padanya. Bilang saja itu dari ibu. Bagikan juga kebeberapa temanmu agar dia tidak sungkan menerimanya"

"mengapa tiba-tiba ibu memberikan ini? Ibu kan tah aku tidak pandai berbicara dengan teman-teman"

"maka dari itu, cobalah kamu menunjukan dirimu. Cepat, ayah sudah menunggumu di mobil"

"baik ibu. Terimakasih. Aku sayang ibu!"

"ibu sangat sangat sangat menyayangimu. Jaga dirimu baik-baik ya."

ibu menyium kening ku. Dan aku pergi menuju teras depan lalu berangkat bersama ayah.

.
.
.

aku cukup kesulitan untuk berjalan karena membawa banyak kotak camilan dari ibu untuk dibagikan. Tadi ayah ingin membantu ku tapi aku menolaknya. Aku tidak ingin ayah terlambat kekantor dan dicap tidak baik oleh bawahannya.

"hei, perluku bantu?"

suara itu....

.
.
.

Sekarang pukul sembilan malam. Aku baru saja tiba di kamar ku setelah aku menonton film bersama ayah dan ibu selepas makan malam.

Aku duduk di tepi jendela, membayangkan kembali kejadian saat di kampus. Baiklah tanganku gatal sekali, tidak sabar untuk menulis surat.

"𝑎𝑑𝑖!!! 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑝𝑎 𝑘𝑎𝑚𝑢 𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑖𝑘? 𝑡𝑎𝑑𝑖, 𝑎𝑘𝑢 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑠𝑒𝑝𝑒𝑟𝑡𝑖 𝑚𝑖𝑚𝑝𝑖. 𝐵𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛 𝑎𝑘𝑢 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑎𝑦𝑎 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑖𝑡𝑢 𝑚𝑖𝑚𝑝𝑖. 𝐼𝑡𝑢 𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ 𝑠𝑢𝑙𝑖𝑡 𝑡𝑢𝑘 𝑑𝑖 𝑖𝑚𝑝𝑖𝑘𝑎𝑛. 𝑇𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑘𝑎𝑠𝑖ℎ! 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑘𝑎𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑡𝑢𝑘𝑢. 𝑆𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑢 𝑠𝑒𝑚𝑎𝑘𝑖𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑖𝑛𝑡𝑎𝑖𝑚𝑢!!"

oke, setelah semua rapi, aku beranjak ke kasur dan mulai terlelap tidur.

----
See you 💙

𝑷𝑬𝑵𝑮𝑬𝑪𝑼𝑻 (End) ✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang