𝚂𝚞𝚛𝚊𝚝 𝙺𝚎 𝚍𝚎𝚕𝚊𝚙𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚕𝚊𝚜

16 3 0
                                    

"Runi, boleh aku titip ini. Tapi tolong jangan buka surat yang berwarna putih ya, itu untuk adi. Dan ini untuk kamu. Surat berwarna kuning!!"

"Loh kenapa aku warna kuning? kamu kan tau aku suka hijau"

"hahaha kuning artinya ceria. Aku bahagia punya kawan seperti kamu"

"dalam rangka apa kamu kasih aku surat?"

"tidak ada, hanya ingin. Pokoknya sampai waktu itu tiba, kamu baru boleh buka dan kasih surat ini. Oke!"

.
.
.

"adi!!!" aku menyapa adi dengan senyuman ku. hari ini aku memakai makeup agar terlihat segar.

aku dan adi janjian di taman kota sesuai lokasi dimana aku menolak ajakan adi. Mungkin saat itu sebenarnya adi ingin memutuskan ku.

"ayo pergi!"

"kemana?"

"karena hari ini hari minggu, dari pada kita ke taman bermain, aku lebih ingin ke taman bunga!!"

Ya, Setelah adi berkata ingin mengakhiri hubungan ini sewaktu di kampus, sebelum kembali ke rumah aku menyempatkan diri ke taman bunga. Aku membeli mawar putih juga disana agar aku bisa mengatur emosional ku hehe

.
.
.

"Adi, lihat deh bunga mawar putih itu. Indah banget ya, aku ingin memetiknya"

"boleh saja tapi setelah itu kau akan di denda dan di blacklist dari taman ini"

"ahh tidak jadi haha, kalau begitu kamu harus membelikan mawar putih untuk ku oke!!"

Benar saja, adi membelikan aku mawar putih, bahkan sampai 10 mawar.

"terimakasih adi, ahh aku sangat menyukai mawar ini"

.
.
.

Aku lelah, kami pergi ke taman bunga dan kebun binatang. Hari sudah malam, kini pukul delapan malam. Aku dan adi sedang berada di salah satu cafe.

"Miso, setelah ini mari kita pergi ke taman sana."

"tidak perlu adi, jam sembilan sebentar lagi. Makanan kita belum tersaji. Kita akan mengakhiri hubungan kita di meja cafe ini."

ya begitulah. Syarat ku adalah pergi berkencan sampai jam sembilan malam lalu setelahnya dia akan memutuskan aku.

"oke sekarang sudah jam sembilan. Persyaratan yang kamu ajukan sudah terlewati. Kita sudah tidak ada hubungan apapun."

"iya adi, terimakasih untuk hari ini"

"baiklah aku akan segera pulang. Selamat malam"

.
.
.

Aku berada di halte sendirian. Menunggu bus terakhir datang. Aku tidak percaya adi meninggalkan ku saat pukul sembilan. Bahkan dia belum menyentuh sedikitpun makanannya.

"ahhh aku pusing sekali. Aku lelah. Ibu ayah..."

.
.
.

Aku sedang menggenggam handphone ku. Runi berkunjung ke rumah ku.

"Miso, jujur sama aku. Kamu kenapa?"

"aku gapapa runi. Semalam aku kelelahan dan berakhir seperti ini hehe"

"ohiya aku ingin memberitau mu. Tapi jangan galau atau sedih ya"

"iya, ada apa sih?"

"emmm yang aku dengar, adi sudah memiliki kekasih. Jadi aku harap kamu berhenti menyukainya karena aku khawatir hal itu akan membuatmu sakit hati"

.
.
.

"𝚊𝚍𝚒, 𝚊𝚔𝚞 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚛 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚖𝚒𝚕𝚒𝚔𝚒 𝚔𝚎𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚢𝚊?"

"𝚊𝚔𝚞 𝚝𝚞𝚛𝚞𝚝 𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊"

"𝚊𝚔𝚞 𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚝𝚊𝚞 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚊𝚙𝚊 𝚔𝚎𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚖𝚞. 𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚊𝚜𝚝𝚒, 𝚍𝚒𝚊 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚙𝚊𝚗𝚝𝚊𝚜 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚗𝚍𝚒𝚗𝚐 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚖𝚞."

"𝚜𝚎𝚔𝚊𝚕𝚒 𝚕𝚊𝚐𝚒, 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊𝚝 𝚢𝚊!!"

.
.
.

"𝐽𝑢𝑗𝑢𝑟 𝑠𝑎𝑗𝑎 𝑎𝑘𝑢 𝑘𝑎𝑔𝑒𝑡 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑘𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑟 𝑘𝑎𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑎𝑚𝑢 𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑘𝑒𝑘𝑎𝑠𝑖ℎ. 𝐵𝑎𝑟𝑢 𝑠𝑒𝑚𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑝𝑢𝑡𝑢𝑠 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑔𝑖 𝑡𝑎𝑑𝑖 𝑎𝑘𝑢 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑏𝑎𝑟 𝑏𝑎𝑟𝑢.

𝑎𝑘𝑢 𝑡𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑏𝑎ℎ𝑎𝑔𝑖𝑎. 𝐾𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑝𝑢𝑛 𝑎𝑘𝑢 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑏𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑏𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝 𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑢 ℎ𝑒ℎ𝑒. 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑖 𝑎𝑘𝑢 𝑚𝑎𝑠𝑖ℎ 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑖𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑚𝑢 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑔𝑢𝑚𝑖 𝑚𝑢.

𝐾𝑎𝑚𝑢 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢-𝑠𝑎𝑡𝑢𝑛𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑢𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑡𝑢ℎ 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑢𝑘𝑎 𝑐𝑖𝑡𝑎.
𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑘𝑎𝑠𝑖ℎ"

"sayang, tetap sehat ya nak. Ibu dan ayah tetap selalu berada di sisimu"

"iya bu,"

𝑷𝑬𝑵𝑮𝑬𝑪𝑼𝑻 (End) ✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang