"kamu meletakan bekal di dalam tas adi lagi?"
"iya runi, aku senang dia memakannya"
"mau sampai kapan kamu begini terus?"
"entah, mungkin sampai waktu itu tiba hehe"
.
.
."hai adi"
"jangan sok kenal sama aku."
"Kita kan emang kenal. Satu kelas dan pernah satu kelompok"
"sudah minggir sana. Mengganggu!"
.
.
."adi, ini buat kamu."
"Kamu ngapain lagi sih?!"
"emmm aku cuma mau kasih kamu ini. Kamu pasti haus setelah bertanding"
"bisa gak sih jangan ganggu aku. Kenapa setelah hari itu kamu jadi sok kenal sama aku?!"
"aku taruh sini ya minumannya. Aku pergi dulu. Dadahh"
.
.
.Seperti biasa, aku duduk di tepi jendela...
"𝑎𝑑𝑖, 𝑝𝑒𝑟𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑟𝑎𝑠𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑘𝑎 𝑎𝑘𝑢 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑚𝑢 𝑠𝑜𝑟𝑒 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑎𝑑𝑖. 𝐷𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑘𝑎 𝑎𝑘𝑢 𝑚𝑒𝑙𝑖ℎ𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑡𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑒𝑜𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑖𝑗𝑖𝑘 𝑚𝑒𝑙𝑖ℎ𝑎𝑡𝑘𝑢. 𝑇𝑎𝑝𝑖 𝑖𝑡𝑢𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑎𝑘𝑢 𝑛𝑖𝑘𝑚𝑎𝑡𝑖. 𝐿𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑏𝑎𝑖𝑘 𝑎𝑘𝑢 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑖𝑚𝑢 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑒𝑚𝑏𝑢𝑛𝑦𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑖𝑎𝑚 𝑎𝑔𝑎𝑟 𝑘𝑎𝑚𝑢 𝑚𝑎𝑢 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑖𝑎𝑛𝑘𝑢"
tepat setelah aku selesai memasukan burung kertas kedalam toples, ibu datang membawa apa yang biasa ia persiapkan untuk ku.
"ibu, sepertinya itu semua sia-sia. Aku tetap pada jalurku."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑷𝑬𝑵𝑮𝑬𝑪𝑼𝑻 (End) ✓ [REVISI]
Cerita Pendek𝑺𝒆𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂,,, 𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒅𝒊𝒑𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒓𝒊 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝑺𝒆𝒄𝒆𝒓𝒄𝒂𝒉 𝒉𝒂𝒓𝒂𝒑𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏𝒂𝒏 𝑺𝒆𝒕𝒊𝒕𝒊𝒌 𝒄𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒂𝒊 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒌𝒖 𝒕𝒆𝒓�...