Ini hari yang sangat berat dan panjang.
Setelah meninggalkan kampus, aku harus menjemput adik-adikku di rumah nenek dan menjaga mereka sampai ibuku pulang bekerja. Tadi padi Ibu bilang akan pulang tengah malam, sebenarnya itu hal yang biasa, ibuku memang sering lembur, tapi hari ini ... ya Tuhan, aku sangat lelah. Aku berharap bisa tidur dengan nyenyak malam ini.
Semua aktivitasku dan ... Adib, hah, benar-benar menyiksaku.
Sebenarnya aku sempat berpikir tentang; apakah aku harus berbicara dengan Adib dan menyelesaikan masalahku dengannya? Jika aku bisa melakukan itu, hidupku akan kembali normal. Normal adalah kemewahan untukku saat ini. Aku sudah tidak mampu bermain kucing dan tikus dengannya, dan yang paling aku khawatirkan, masalah ini bisa menempatkan keluargaku dalam bahaya. Karena jika Adib dan keluarganya bisa membunuh tetanggaku, tentu saja hal itu bisa juga mereka lakukan kepadaku, atau parahnya, keluargaku. Dan mungkin saja di suatu tempat, saat ini, saat aku sedang mencuci piring bekas makan malam adik-adikku, mereka sedang menyusun rencana untuk membakar rumahku.
Aku menjatuhkan spons ke dalam wastafel, menopang berat tubuhku di tepinya, kepalaku menunduk. Aku harus berhenti memikirkan hal ini. Semua ini bisa membuatku gila dan sialnya, tidak ada yang bisa aku lakukan untuk menghentikan semua ini.
Saat aku sedang merenungi kesialanku, sesuatu yang mengagetkan terjadi. Saat sekonyong-konyong sebuah dorongan di punggung membuat pinggulku membentur westafel, lalu dengan cepat seseorang menekuk kedua tanganku ke belakang dan menutup mulutku dengan telapak tangannya agar aku tidak menjerit.
Ini seperti jenis teror yang mampu membuatku tidak bisa bergerak karena sangking takutnya dan selama beberapa detik, waktu seakan berhenti.
Setelah sadar dengan apa yang sudah terjadi, aku mencoba melawan; memutar tubuh dengan maksud membenturkan kepalaku ke wajah si Penyerang. Namun sepertinya dia sangat ahli, seolah-olah sudah mengetahui apa yang akan aku lakukan bahkan sebelum aku memikirkannya. Dengan cepat dia mengubah posisi tangan yang menahan lenganku, mengunci leherku dan menekannya. Aku kembali terjebak dalam posisi yang lebih menyakitkan.
Tanganku meluncur ke lengannya, menekan kuku jari-jariku di kulitnya untuk melepaskan dekapannya di leherku. Tapi, semua usaha itu hanya membuat dia semakin mengencangkan cekeramannya, jadi aku berhenti melawan, atau dia akan mematahkan leherku.
Aku berusaha untuk tenang dan diam, agar dia berpikir aku bisa 'bekerja sama'. Aku perlu melihat siapa yang sekonyong-konyong menyerangku, dan demi Tuhan, aku berharap itu Adib. Setidaknya dia sudah mengenalku, jadi akan aku coba untuk berbicara dengannya. Namun kalau itu bukan Adib, hanya suruhan keluarga Bramantyo, maka aku akan mati.
Aku menghitung sampai lima detik dan akhirnya berbicara, "Apa maumu? Tolong lepaskan, ini sangat menyakitkan."
Aku langsung merasa lega ketika dia menjawab. Itu suara Adib, dia memintaku untuk tenang dan tidak berteriak. Aku mengangguk, dan tekanan di leherku mulai mengendur, lalu hilang sepenuhnya saat dia melepaskannya. Adib tidak mundur sama sekali bahkan setelah melepaskan cengkeramannya, dan sesaat, aku mengingat-ingat apakah ada pisau di dekat bak cuci. Aku akan menusuknya ... ah, tidak-tidak, itu ide buruk. Aku tidak bisa menusuk anggota keluarga Bramantyo. Hal itu hanya akan membuat keadaan semakin buruk. Diplomasi adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri semua ini.
"Jangan berteriak, oke?" pintanya tenang.
Aku mengangguk patuh (memangnya aku bisa apa lagi?).
Aku baik-baik saja. Aku baik-baik saja. Aku baik-baik saja.
Sekarang yang perlu aku khawatirkan hanyalah adik-adikku yang sedang tertidur di ruang keluarga. Jangan sampai mereka bangun dan melihat Adib.
"Kapan ibumu pulang?" tanya Adib cukup tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
(21+) SARANG PREDATOR (TAMAT)
Mystery / ThrillerPERHATIAN! CERITA INI BERISI KONTEN DEWASA (21+) HARAP KEBIJAKAN PEMBACA Judul: SARANG PREDATOR Penulis: Ahmad Rusdy Fiksi, sub-genre: Suspense, Crime, Romance, Erotis Segmen Pembaca: Dewasa Blurb: Adib tidak pernah punya alasan untuk memperhati...