Prolog

5.5K 392 405
                                    

Hari ini hari Senin. Hari pertama masuk sekolah setelah liburan kenaikan kelas yang panjang. Cewek dengan rambut sepinggang itu melangkah dengan penuh semangat memasuki area sekolah yang agak ramai.

Dia berhenti di depan mading ruang tata usaha yang kini masih sepi karena masih terlalu pagi. Dia mendongak, mencari-cari namanya di sana dengan harapan semoga dirinya tak masuk ke IPS, meski hal itu tidak akan pernah terjadi. FYI, sekolah ini melakukan sistem rolling setiap kenaikan kelas.

Elina Salsabila Miniesa 11 MIPA 4.

Begitulah namanya ditulis dengan tinta hitam di atas kertas putih keempat yang ditempel di mading.

Matanya melebar. Terkejut karena dia bisa masuk di kelas IPA 4, padahal saat kelas 10 dirinya masuk di kelas IPA 5. Dia tak percaya usahanya belajar siang dan malam agar mendapatkan peringkat bagus tidak sia-sia!

Elina melangkah mundur. Menghirup banyak-banyak udara segar untuk mengisi pasokan oksigen di paru-parunya karena terkejut bisa naik satu tingkat.

Matanya berbinar cerah dan senyum terpampang di wajah cantiknya. Dengan langkah riang Elina berjalan melewati koridor dan menaiki tangga untuk ke kelas barunya.

Elina merupakan anggota OSIS saat kelas 10, itu sebabnya dia dapat dengan mudah menemukan kelasnya yang baru sebab dia sudah menghafal seluruh denah sekolah karena organisasinya itu.

Dia melangkah menuju bangku belakang di pojok kanan dekat jendela. Elina mengetukkan jarinya di bibir, menimbang-nimbang apakah dia duduk di belakang atau di depan. Setelah berperang dengan pikirannya akhirnya dia berjalan satu langkah ke depan dan memilih duduk di nomor dua dari belakang.

Elina meletakkan tasnya di atas meja kemudian duduk. Membuka ritsleting tasnya untuk mengeluarkan headset yang akan dipakainya untuk mendengarkan lagu, kebiasaannya kalau lagi gak ada kerjaan. Selain itu mendengarkan lagu bisa membunuh waktu dan menemaninya di kelas luas yang masih sepi ini.

Setelah mengecek HP-nya yang kini menunjukkan angka 6.50 AM, Elina melepas headset-nya dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang kelas yang kini hanya diisi tiga anak beserta dirinya.

Hm, sepertinya kelasnya ini sangat suka permen karet.

Dia mengambil topi abu-abunya kemudian bangkit dan memutuskan melangkah mendekati dua cewek di depan untuk mengajaknya berkenalan.

“Gue Elina.” Elina mengulurkan tangannya disertai senyuman manis sebagai kesan pertama yang baik.

Cewek pertama yang terlihat jutek yang sedang duduk di kursi depan menyambut uluran tangannya dengan senyuman. “Lia.”

Aura dinginnya membuat Elina tidak nyaman dan dia mengalihkan perhatian pada cewek kedua. Elina kembali mengulurkan tangannya kepada cewek berambut panjang yang dikuncir dua itu. “Elina,” ucapnya pelan dengan senyuman yang masih menghiasi wajahnya.

“Lo bisa panggil gue Joe.” Joe tersenyum lebar hingga mata bulatnya menyipit, terlihat sangat ceria dan penuh energi positif.

“Duluan, ya,” kata Elina singkat kemudian berbalik dan pergi keluar kelas karena sebentar lagi pasti upacara. Mereka bertiga baru berkenalan dan tidak dekat, jadi Elina tidak punya alasan untuk pergi bersama.

Elina mempercepat langkahnya ketika matanya tak sengaja melihat seorang anggota Penegak Disiplin sudah keliling untuk menyuruh segera ke lapangan. Dia terus berjalan cepat tak memperhatikan lingkungan sekitarnya dan terus menunduk.

Karena tidak fokus melihat ke depan, Elina sedikit terhuyung ke belakang ketika ada seseorang yang menabraknya, atau mungkin dia yang menabraknya. Untung saja dia tidak terjatuh karena ada yang memegangi tangannya.

Kepalanya mendongak dan matanya melebar, terkejut dengan sosok pemuda jangkung di depannya. Sejenak ia terpesona dengan ketampanan pemuda di depannya yang telah menabraknya.

“Hei. Lo gak papa, kan?” Pemuda itu mengibaskan tangannya dan menatap Elina khawatir.

Elina mengerjap pelan. “Eh? Oh, gak apa-apa, kok.”

“Kalau ada apa-apa lo bisa nyari gue, Mirza dua belas IPS satu.” Pemuda jangkung di depannya tersenyum kemudian melewati Elina untuk baris di barisan kelas 12 setelah memastikan bahwa cewek di depannya itu tidak apa-apa.

Elina tersenyum, seakan mendapat suntikan semangat karena kejadian barusan. Dia menundukkan kepalanya sedikit dengan pipinya yang memerah. “Hmm ... Mirza, dua belas IPS satu.”

***

Elina Salsabila Miniesa(Kim Minju Izone)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elina Salsabila Miniesa
(Kim Minju Izone)

Mirza Naretta Handira(Hwang Minhyun Wanna One/Nuest)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mirza Naretta Handira
(Hwang Minhyun Wanna One/Nuest)

Mirza Naretta Handira(Hwang Minhyun Wanna One/Nuest)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Milo
(Kucing abu-abu berbulu lebat)

***

Heyoooo! Balik lagi sama Riz disini!

Kali ini Riz bikin cerita baru, so jangan lupa mampir yaa ♡(*´ω`*)/♡

Ini masih prolog jadi masih kalem, masih santuy

Btw, itu gambar visualnya aku gambar sendiri loh~

Quiriezt

Wings ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang