Jangan lupa follow, vote dan komen😄
-Happy Reading-
"Zardan putar balik gak!" Zaya masih saja terus memukul bahu Zardan. Menyuruhnya agar kembali ke SMA Bakti.
Zardan tak tahan mendengar ocehan gadis dibelakangnya ini, dengan cepat ia kembali memutar arahnya. Zaya yang menyadari itu tak dapat menahan senyumnya.
Sebenarnya Zardan juga bingung, hendak mengajak ke mana gadis ini. Ya sudah dari pada terus-terusan mendengar ocehannya lebih baik ia putar balik.
Gerbang itu masih tertutup rapat. Sepertinya kegiatan belajar mengajar masih berlangsung.
Zaya turun dari motor Zardan, sibuk memikirkan cara bagaimana agar mereka bisa masuk. "Gimana ya?"
"Lo mau banget masuk?" tanya Zardan yang langsung diangguki oleh Zaya.
"Ck. Pak!" panggil Zardan pada Pak Satpam yang berjaga.
Bapak itu menghampiri mereka, "Wah kalian telatnya lama banget," celetuknya.
"Bukain," pinta Zardan. Bapak itu menggelengkan kepalanya pertanda tidak boleh.
"Ayolah, pak. Saya anak baru, maklumi lah pak." Zardan menatap Zaya datar, bisa-bisanya menggunakan alasan seperti itu.
"Sekali ini doang kok pak!" Mohon Zaya lagi.
Karena tak tega melihat wajah yang ingin menangis itu. Pak satpam segera membukakan gerbangnya.
Zardan kembali menaiki motornya, lalu memparkirkannya."Bapak, makasih ya!" teriak Zaya yang sudah berjalan menuju kelasnya. Begitu pula dengan Zardan yang mengikuti dari belakang.
Baru saja ingin masuk ke dalam kelasnya, Zardan langsung menarik tangan Zaya menjauh dari sana.
"Kenapa?" tanya Zaya heran menatap Zardan yang menyuruhnya agar diam. Zaya menutup mulutnya, agar tak menimbulkan suara apapun.
Terlihat seorang guru perempuan lewat di depan tempat persembunyian mereka.
Keduanya sama-sama menahan napas, menyaksikan guru itu tengah mencari siswa-siswi yang masih berada di luar kelas.Setelah guru itu sudah menjauh dari mereka. Keduanya masih saja belum keluar. Bahkan Zardan sempat terpaku menatap wajah Zaya. Apalagi lobang dipipinya itu, terus saja mengingatkan Zardan pada sahabat kecilnya.
Merasa diperhatikan, Zaya mendongak. Karena tinggi tubuhnya yang hanya sedada Zardan. Mereka kembali saling tatap.
"A-ardan ...."
"Jangan panggil gue dengan sebutan itu!" Peringat Zardan, berjalan menjauh dari hadapan Zaya yang masih terdiam mematung.
Karena cuma sahabat gue yang boleh, cuma Zaya kecil gue. Ucap Zardan dalam hatinya, dengan langkah pasti ia meninggalkan Zaya yang hanya terdiam.
Bel istirahat baru saja berbunyi, membuyarkan lamunan Zaya. Untunglah sekarang istirahat, jika tidak ia pasti akan dihukum.
Zaya masuk ke dalam kelas. Membuat Wawa dan Dipsa menatapnya heran. Mereka langsung menghampiri Zaya.
"Dari mana lo?" tanya Dipsa menatap Zaya penuh selidik. Pasalnya tadi baru saja Zardan masuk, lalu disusul dengan Zaya.
Bukan hanya mereka berdua saja yang kepo. Teman-temannya yang lain juga seperti itu.
Terlebih Lesya yang terus saja menatap ke arah Zaya tak suka.
"Gak dari mana-mana kok," jawab Zaya menampilkan senyumnya. Duduk di kursi dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zardan & Zaya [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA YA] [TERBIT] Zaya kehilangan semuanya, hidupnya seolah tak lagi berarti sebab penyakit yang dideritanya. Ia juga harus hidup di sebuah panti asuhan. Namun, ada satu nama yang berhasil membuatnya kembali ingin tetap hidup dan ba...