Jangan lupa follow, vote dan komen😄
-Happy Reading-
Sudah berkali-kali Dita mengetuk pintu kamar adiknya. Ia sangat khawatir sekarang, pasalnya sang adik sudah berjam-jam tak keluar dari kamar. Bahkan ia juga melewatkan makan malamnya.
"Zardan! Buka dong," teriaknya sekali lagi, tapi tak juga mendapat jawaban dari pemilik kamar.
Dita menuruni tangga dengan terburu-buru. Tujuannya sekarang adalah ruang tamu. Tangannya sibuk mencari kunci cadangan kamar sang adik.
"Ih, mana sih!" Gerutu Dita, karena kesal. Masih sibuk mencari-cari, akhirnya ia dapat juga. Langsung saja Dita kembali menuju kamar sang adik.
Suara pintu yang terbuka tak membuat Zardan pindah dari posisinya sekarang.
Wajah pucat dengan rambut yang terlihat berantakan, serta bekas air mata dipipi membuat Dita, menatap sang adik dengan sendu.
Zardan merasakan pelukan sang kakak, ia masih tak bergeming. Fakta yang didapatnya beberapa jam yang lalu, berhasil membuatnya hancur seketika. Harapannya seolah telah hilang, tatapannya kembali terlihat kosong.
Meremas boneka beruang kecil yang ada ditangannya dengan air mata yang kembali membasahi pipinya.
Dita melepaskan pelukannya, lalu menggusap air mata sang adik. "Jangan sedih," ucapnya menenangkan.
"D-dia ... gak mungkin pe--" Zardan tak dapat melanjutkan ucapannya. Dadanya semakin sesak, ini terlalu sakit.
"Kamu harus yakin, kalo Aya selamat."
Beberapa jam sebelumnya. Tepat setelah Zardan menyelesaikan makan siangnya. Ia iseng ingin menonton TV, tak seperti biasanya.
Bunda dan Dita yang memang suka sekali menonton TV saja sampai kaget.
Mereka bertiga, menyaksikan tayangan TV itu dengan seksama. Sedangkan sang kepala keluarga, ayah Zardan dan Dita masih bekerja.
Sampai sebuah berita yang tak terduga muncul. Kecelakaan beberapa tahun lalu, yang masih diselidiki oleh polisi. Kembali menjadi topik oleh wartawan itu.
Zardan menyaksikan dengan jelas, sebuah tayangan CCTV yang menampilkan mobil yang sangat dikenalnya menabrak sebuah bus.
Ditambah dengan penjelasan sang reporter membuat jantungnya berdetak tak normal.
"Kecelakaan ini terjadi disebabkan oleh bus yang salah memasuki jalurnya. Juga mobil yang dikendarai oleh korban yang bernama Andra serta istrinya Puspa. Diketahui hilang kendali, karena rem yang blong. Tidak hanya itu saja, ternyata di dalam mobil itu juga terdapat seorang anak berumur sekitar lima t--"
Zardan tak mau mendengarkannya lagi, dengan cepat ia memasuki kamarnya. Mengunci dirinya selama berjam-jam. Bahkan seruan dari kakak dan bundanya tak dihiraukannya.
Bukan hanya karena sebuah berita saja, tetapi ia merasa bodoh tak mencari tahu keberadaan sahabatnya itu.
Zardan marah pada dirinya sendiri yang hanya bisa menunggu, tapi tak mau mencari tahu. Selalu mengatakan bahwa Zaya ingkar padanya. Namun, kenyataan ini membuat Zardan sadar.
Bukan Zaya yang ingkar, melainkan takdir yang memang tak sejalan.
Dita menangkup kedua pipi sang adik, menatapnya lekat-lekat. "Laki-laki gak boleh cengeng," kekeh Dita seraya menggusap air mata Zardan.
"Yakin kalo Zaya masih hidup ya. Jangan nyerah buat nunggu, dia gak mungkin pergi gitu aja. Kalian punya janji yang harus ditepati, kan?" tambahnya menguatkan sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zardan & Zaya [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA YA] [TERBIT] Zaya kehilangan semuanya, hidupnya seolah tak lagi berarti sebab penyakit yang dideritanya. Ia juga harus hidup di sebuah panti asuhan. Namun, ada satu nama yang berhasil membuatnya kembali ingin tetap hidup dan ba...