Jangan lupa follow, vote dan komen😄
"Zaya, lo gak mau bareng gue aja?" tanya Dipsa. Mereka sudah berada di luar gerbang, Wawa menunggu jemputan. Sedangkan Dipsa sudah menaiki motor matic kesayangannya.
Zaya menggeleng pelan, "Enggak, usah Dip. Tuh ada angkot, aku duluan ya," pamitnya dan bergegas masuk ke dalam angkot.
"Sampai jumpa besok ya!" ujar Wawa.
"Oke," balas Dipsa yang bersiap melajukan motornya.
Jemputan Wawa juga sudah datang. Mereka pulang ke rumah masing-masing.
Zaya yang berada di dalam angkot terlihat tengah melamun. Memikirkan ucapan perempuan yang di ketahui bernama Lesya tadi.
Saat Zaya baru membuka matanya, ia langsung disuguhkan dengan seorang perempuan yang berada di depannya.
Perempuan itu menampilkan senyumnya. "Hai?"
"Siapa?" tanya Zaya seraya duduk.
"Lesya Madalia, panggil Lesya aja. Oh iya, lo caper ya sama Zardan?"
Zaya mengernyitkan dahinya heran, "Maksudnya?"
Lesya berdecih, wajahnya berubah menjadi datar ia berdiri lalu tangannya memegang erat kedua bahu Zaya. "Dengar ya, jangan berani-berani dekatin Zardan. Ataupun caper kayak tadi."
Zaya menjauhkan tangan Lesya, menatapnya dengan wajah menantang. "Kamu suka sama Zardan?"
"Bukan urusan Lo!" sinisnya.
"Kalo gak suka kenapa harus marah?"
"Dasar anak baru belagu!" kesalnya seraya mengangkat tangan ingin menampar Zaya, tetapi Dipsa dan Wawa datang.
"Neng!" panggil supir angkot itu, entah yang keberapa kalinya.
"Neng, mau turun di mana ini?" tanyanya sekali lagi. Zaya langsung tersadar dari lamunannya.
"Kenapa, pak?"
"Eneng, mau turun di mana? Di halte dekat depan sana atau gimana?"
"Di sana aja, pak." Sang supir hanya mengangguk, kebetulan hanya tinggal Zaya seorang diri di dalam angkot itu.
Setelah sampai, Zaya langsung mengeluarkan uangnya. "Makasih, Pak."
"Iya, lain kali kalo naik angkot jangan ngelamun lagi ya," kekeh sang supir. Zaya hanya mengangguk dan berjalan menuju cafe yang tak jauh dari pemberhentian angkot tadi.
Ting!
Bel itu berbunyi, pertanda ada yang masuk. Zaya melangkah menuju tempat biasa ia mengganti pakaiannya.
"Hai, Zaya!" sapa seorang gadis yang terlihat lebih tua dari Zaya. Ia adalah Nina, salah satu temannya di Cafe Anta ini.
"Hai, kak." Zaya meletakkan tas sekolahnya dan mengambil baju kerjanya. "Aku ganti baju dulu ya," pamitnya.
"Iya, aku juga mau ke depan."
Tempat kerja Zaya ini memang bernama Cafe Anta. Katanya sih diambil dari nama pemiliknya. Tetapi selama bekerja di sini, Zaya hampir tidak pernah melihat wajah pemilik cafe.
Namun, Nina pernah bercerita padanya bahwa pemilik cafe itu adalah seorang laki-laki seumuran dengannya dan pastinya memiliki wajah yang tampan.
Zaya telah mengganti pakaiannya, sebelum keluar ia tersenyum ke arah cermin. Memberi semangat pada dirinya, lalu bergegas keluar.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Zardan & Zaya [END]
Dla nastolatków[FOLLOW SEBELUM BACA YA] [TERBIT] Zaya kehilangan semuanya, hidupnya seolah tak lagi berarti sebab penyakit yang dideritanya. Ia juga harus hidup di sebuah panti asuhan. Namun, ada satu nama yang berhasil membuatnya kembali ingin tetap hidup dan ba...