Mobil Riki berhenti tepat di depan sebuah panti asuhan. Zaya bergegas turun, lalu hendak mengucapkan terima kasih. Namun, Riki malah ikut turun juga.
"Eh, dokter mau ngapain?" tanya Zaya bingung. Lagi-lagi Riki menghela napasnya. Apa secepat itu Zaya melupakan ucapannya.
"Panggil saya Kak Riki, sudah berapa kali saya katakan," jelas Riki seraya melangkahkan kakinya menjauh dari Zaya.
"T-tapi gak enak," ucap Zaya yang terdengar ambigu.
"Saya bukan makanan, jadi wajar jika tidak enak."
Zaya bertambah mengerutkan dahinya, apa dokter ini sedang sakit?
"Assalamu'alaikum," ucap Zaya memasuki rumah itu yang langsung disambut dengan anak-anak panti. Begitu pula dengan Bu Ningsih yang tengah memberi Bintang susu.
"Wa'alaikumsalam, wah Kak Zaya hari ini pulangnya cepat ya. Kita main di taman yuk!" ajak Ica bersemangat.
"Ica, Kak Zaya habis pulang sekolah pasti capek," ujar Bu Ningsih mencoba memberikan penjelasan pada Ica.
"Iya deh," jawabnya lesu.
Zaya mempersilahkan agar Riki duduk. "Itu anak siapa?" tanya Riki menunjuk bayi yang tengah ditimang oleh Bu Ningsih.
"Om siapa? Kok bisa ke sini?" tanya Jojo duduk di dekat Riki. Tatapannya seolah tengah mengintrogasi laki-laki dewasa di depannya ini.
"Kenapa bisa sama Kak Zaya?" Lagi, bibir mungil itu mengeluarkan pertanyaan. Bu Ningsih terkekeh melihat tingkah Jojo.
"Ibu kurang tidur ya?" tanya Zaya, pasalnya raut wajah Bu Ningsih terlihat jelas sekali bahwa ia kelelahan. Zaya langsung duduk di dekatnya. Menatap Bintang yang sudah menghabiskan satu botol kecil susunya.
"Enggak kok. Ambilin minum buat tamunya, Zay."
Zaya langsung bangkit dari duduknya, berjalan dengan tergesa ke dapur setelah mendengar ucapan Bu Ningsih barusan. Sedangkan Jojo sekarang malah asik berbicara pada Riki. Namun, Ica menghampirinya mengajak Jojo bermain. Jojo, Ica serta anak panti lain kembali melanjutkan aktivitas bermain mereka.
"Kamu temannya, Zaya?" tanya Bu Ningsih memastikan.
"Iya, bu. Saya pamit dulu ya, pacar saya udah nungguin." Riki tampak tergesa-gesa saat membuka ponselnya dan baru ingat jika ia ada janji dengan sang pacar.
"Eh, ini minumannya!" Zaya datang dengan minuman di tangannya. Menatap heran ke arah Riki yang sudah masuk ke dalam mobil. Bersiap melajukan mobil itu.
"Kamu aja yang minum, ibu mau ke kamar dulu ya. Kamu jangan lupa makan," pamit Bu Ningsih. Zaya kembali duduk di sana. Menegak air minum itu hingga tandas. Lalu masuk ke kamar bersiap mengganti pakaiannya.
Tiba-tiba rasa sakit itu kembali muncul, membuat Zaya menghentikan langkahnya. Kepalanya sangat sakit, tetapi ia tetap berusaha melanjutkan langkahnya.
Setelah sampai di kamar, rasa sakit itu masih saja muncul. Zaya berbaring, seraya menenggelamkan kepalanya di bantal. Berharap rasa sakit itu segera hilang. Tak terasa air matanya mengalir, telinganya juga ikut berdengung. Membuat rasa sakit itu bertambah dua kali lipat. Belum lagi rasa mual yang tiba-tiba muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zardan & Zaya [END]
Ficção Adolescente[FOLLOW SEBELUM BACA YA] [TERBIT] Zaya kehilangan semuanya, hidupnya seolah tak lagi berarti sebab penyakit yang dideritanya. Ia juga harus hidup di sebuah panti asuhan. Namun, ada satu nama yang berhasil membuatnya kembali ingin tetap hidup dan ba...