22

1K 93 16
                                    

Jangan lupa follow, vote dan komen😄

-Happy Reading-

"Hah? Apa bang?" ujar Zardan menggusap hidungnya yang terasa gatal. Padahal tadi Riki telah mengatakan tentang penyakit Zaya, tetapi karena suara bersin Zardan mengalahkan suaranya. Bahkan sampai membuat Zaya terbangun.

Hal yang pertama kali Zaya lihat saat membuka kedua matanya adalah langit-langit kamar yang berwarna putih cerah membuat Zaya kembali memejamkan matanya sesaat. Ia juga merasakan bahwa ada seseorang yang menggenggam tangannya dan saat menatap orang itu membuat senyum di wajah pucat Zaya kembali terukir.

"Zardan ...," lirihnya nyaris tak terdengar.

Merasa namanya dipanggil oleh seseorang, Zardan langsung menghentikan aktivitasnya menggusap hidung barusan. Meski pun rasa gatal itu kembali muncul.

"Kenapa, Ay?" tanya Zardan menatap wajah Zaya dengan menampilkan sebuah senyuman.

"Lapar," lontar Zaya jujur. Membuat Riki yang berada di sana mengangguk setuju.

"Sama abang juga lapar, kita makan yuk!" ajaknya.

"Oke, aku mau ke kamar dulu. Bang, jagain Zaya ya!" Zardan segera keluar dari kamar itu setelah memastikan bahwa Zaya baik-baik saja.

Riki juga hendak bergegas keluar, tetapi Zaya menahannya.

"Kakak gak ada bilang tentang penyakit aku 'kan?" tanyanya.

"Gak ada, memangnya kenapa?" ujar Riki. Zaya hanya menggeleng dan berusaha berdiri, tiba-tiba saja tubuhnya terasa kehilangan keseimbangan. Membuatnya hampir terjatuh jika Riki tidak langsung menahan tubuh itu.

Zaya merasakan telinganya berdenging dan rasa sakit itu muncul lagi.

Riki mengeluarkan obat yang ia ambil di dalam tasnya, Zaya langsung meminum obat itu dan memejamkan matanya sebentar. Lidahnya yang terasa pahit, membuat ia mengernyitkan dahinya.

"Kamu harus segera di ope--"

"Gak!" potong Zaya cepat. Ia tidak mau membuat Bu Ningsih dan anak-anak panti lainnya khawatir dengan keadaannya sekarang.

"Riki, kamu di mana yuhu! Makan yuk!" Teriakan dari Dita membuat Riki tersadar dan menuntun Zaya agar keluar dari kamar.

"Kak, jangan bilang ke mereka ya," bisik Zaya saat mereka sudah berada di dekat meja makan.

Terlihat keluarga Zardan sudah duduk di kursi mereka. Bahkan sang ayah pun terlihat hadir sekarang, biasanya ia akan sibuk bekerja. Namun, sepertinya hari ini ia pulang lebih awal dari biasanya.

Zeon tersenyum ramah pada Zaya. "Ayo duduk Zaya," perintahnya.

Zaya mengangguk, ia merasa canggung dengan keluarga Zardan. Padahal saat kecil dulu, ia sangat dekat dengan keluarga ini. Namun, sekarang rasanya jauh berbeda. Hanya satu yang masih sama, senyum ramah dari kedua orang tua Zardan yang tak pernah berubah.

Zaya jadi merindukan Ibu dan Ayahnya, kembali mengingat masa kecilnya saat keluarganya makan malam dengan keluarga Zardan. Senyum itu terbit di wajahnya, mengingat betapa indahnya kenangan masa kecilnya.

"Nah, kamu makan yang banyak ya!" ujar Sinta yang memberikan sepiring nasi dengan berbagai macam lauk yang melengkapinya di piring Zaya.

"Kebany--"

"Biar cepat sehat," tukas Riki.

Mereka semua menikmati makan malam itu, terlebih Zardan yang tak hentinya terus saja menatap ke arah wajah Zaya.

Zardan & Zaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang