Kalo ada typo tandain aja ya😉
-Happy Reading-
Zaya terduduk di trotoar pinggir jalan. Sudah beberapa tempat ia datangi, tetapi semuanya menolak. Zaya bingung, bagaimana nanti ia akan memberi uang pada Bu Ningsih untuk memenuhi kebutuhan anak panti yang lainnya. Meski pun masih ada beberapa orang yang setia menyumbang ke panti mereka, tetap saja Zaya ingin bisa membantu Bu Ningsih.
Dengan perlahan, Zaya kembali bangkit. Menatap teriknya matahari siang yang begitu menyilaukan, Zaya kembali melangkah. Menyusuri jalanan yang terlihat tidak terlalu ramai. Saat matanya tak sengaja menatap sebuah restoran dengan cepat Zaya berjalan ke sana.
Baru beberapa langkah, sebuah tangan menarik Zaya pergi dari sana, membawanya ke tempat sepi.
Zaya berusaha melepaskan tangannya, ia meronta dan bersiap berteriak. Namun, tangan itu menutup mulutnya. Pergerakan Zaya benar-benar dikunci oleh orang itu.
"Lo, gak bisa pergi lagi dari gue!" ucap orang itu dengan penuh penekanan. Sedangkan Zaya hanya menatap Leon tajam.
Ya orang itu adalah Leon yang memang sengaja mengikuti ke manapun Zaya pergi. Bahkan ia juga melihat bagaimana usaha gadis ini untuk mencari pekerjaan. Tak kehabisan ide, Zaya menggigit dengan kuat tangan yang menutup mulutnya.
Refleks Leon langsung melepaskan tangannya. Zaya yang melihat Leon kesakitan sudah bersiap untuk pergi dari sana, tetapi Leon malah kembali menarik tangannya lalu menghempaskan tubuh Zaya ke dinding.
"Shh ...." Zaya merasakan punggungnya sangat sakit, belum lagi Leon menggurungnya dengan kedua tangan kekar itu. Untuk sejenak Zaya kembali memejamkan mata, karena sakit dikepalanya kembali muncul.
Leon menarik lembut dagu Zaya, agar menatap ke arahnya. Namun, Zaya masih betah memejamkan matanya. Semakin lama tarikan itu berubah menjadi cengkraman yang kuat.
Mata keduanya kembali bertemu dengan cepat Zaya menoleh menghadap ke arah lain. Sedangkan Leon sudah dibutakan oleh rasanya, bahkan ia sampai tidak menyadari bahwa perempuan di depannya ini tengah kesakitan.
"Lo gak bakal gue pecat, tapi lo harus mau jadi pacar gue lagi?" lontar Leon memberikan penawaran pada Zaya yang langsung menggelen.
"Gak, lebih baik aku dipecat daripada harus pacaran sama cowok brengsek kayak kamu!" teriak Zaya menolak penawaran Leon.
Dengan perlahan Leon memiringkan kepalanya, wajahnya semakin dekat dengan wajah Zaya. "Kok ngelunjak, gue tau gak ada yang nerima lo, kan? Oh atau lo mau jadi jalang aja, jua--"
Plak!
Tangan Zaya bergetar sehabis menampar pipi mulus Leon. Terlihat bekas kemerahan di pipi itu, membuat Zaya bertambah takut karena tatapan Leon yang berubah tajam.
"L-leon, m-maaf," ucap Zaya gugup, tetapi Leon sama sekali tak menghiraukannya. Wajahnya semakin ia dekatkan ke arah Zaya yang menggelengkan kepalanya kuat.
Apalagi saat Leon semakin gencar menatap ke arah bibirnya. Zaya bukan perempuan bodoh yang tidak tahu ke mana arah pikir laki-laki seperti Leon.
Baru saja ingin mencium bibir yang sangat ia rindukan, sebuah pukulan dari belakang tubuhnya membuat wajah Leon langsung berubah marah. Ia membalikan tubuhnya dan menatap ke arah Zardan yang terlihat tengah mengatur napas.
Sedangkan Zaya langsung berlari ke arah Zardan, bersembunyi dibalik tubuh tinggi itu.
Leon terkekeh seraya menggusap bahunya yang terasa sakit. "Wah, pahlawannya datang juga ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Zardan & Zaya [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA YA] [TERBIT] Zaya kehilangan semuanya, hidupnya seolah tak lagi berarti sebab penyakit yang dideritanya. Ia juga harus hidup di sebuah panti asuhan. Namun, ada satu nama yang berhasil membuatnya kembali ingin tetap hidup dan ba...