Jangan lupa follow, vote dan komen😄
-Happy Reading-
Zaya bergegas pulang setelah mendapat gajinya. Ia tak sabar ingin membelikan camilan untuk anak-anak panti.
"Kak, duluan ya!" pamitnya. Nina yang semula masih berdebat dengan Niko hanya mengangguk. Lalu melanjutkan kembali perdebatan mereka, entah apa yang dipermasalahkan.
"Gue gak mau ya, jalan-jalan sama lo lagi!"
"Ih, Nina. Kali ini aja!" rengek Niko. Zaya yang baru melangkah keluar itu membalik tubuhnya.
"Kalian mau ngedate?"
"Enggak!"
"Iya!"
"Semangat Niko!" teriak Zaya yang perlahan melangkah menjauh.
"Na, ayolah sekali doang."
Nina tampak berpikir, matanya terus saja menatap ke arah Niko yang menampilkan wajah memelasnya. Agar Nina mau menuruti keinginan ia kali ini. Niko memang berniat ingin mengajak Nina jalan-jalan, sambil memilihkan baju yang cocok untuknya.
"Oke." Akhirnya, Niko langsung menarik Nina keluar dari tempat kerja mereka.
Sedangkan Zaya, sekarang terlihat sibuk belanja di supermarket yang letaknya tak jauh dari Cafe Anta.
"Makasih, mba," ujar sang penjaga kasir dengan senyum ramah yang langsung dibalas oleh Zaya.
Tangannya sekarang sibuk membawa dua buah kantong plastik berisi camilan.
Udara malam terasa sangat dingin, tetapi tak membuat Zaya mengurungkan niatnya untuk cepat-cepat sampai di panti.
Karena sudah malam seperti ini, Zaya lebih memilih pulang berjalan kaki saja. Angkot juga tak terlihat lagi.
Dari kejauhan Zardan yang memang sedari tadi mengikuti langkah Zaya, terus saja memperhatikannya.
Entah kenapa ia seperti ini, yang jelas hatinya menyuruh agar mengikuti ke mana gadis itu pulang.
Merasa ada yang mengikuti, Zaya membalikkan tubuhnya. Menatap pengendara motor yang berada tak jauh dari tempat ia berdiri.
"Hai!" sapanya seraya melambaikan tangannya pada Zardan yang melotot dari balik helm.
"Kamu ngikutin aku ya?" teriak Zaya.
Dengan bodohnya Zardan malah mengangguk, setelah sadar ia langsung menggelengkan kepalanya. "Gak," jawabnya yang tentu saja tidak bisa di dengar oleh Zaya.
"Jangan culik aku ya, masih sekolah!" Kembali Zaya berteriak, agar laki-laki itu mendengar ucapannya.
Diam-diam gila juga tuh cewek. Batin Zardan.
Zaya kembali melangkah, setelah menyapa pengendara motor tadi. Ia merasa diawasi, tetapi tak ada rasa was-was yang ia rasakan.
Malahan Zaya merasa seperti dilindungi oleh orang itu. Ia kembali mengingat-ingat, motor itu seperti tak asing.
Zardan? Batin Zaya. Ia kembali melihat ke arah belakang, motor itu masih mengikutinya.
Tak terasa langkah Zaya berhenti di depan sebuah panti asuhan.
Zardan melihat bagaimana Zaya masuk ke panti itu dengan selamat. Ia kembali melajukan motornya menjauh dari sana.
Panti Asuhan Harapan.
Papan nama itu terpampang jelas, membuat Zaya yang menatapnya tersenyum getir. Dengan kedua tangan yang sibuk membawa plastik berisi makanan, ia melangkah masuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zardan & Zaya [END]
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM BACA YA] [TERBIT] Zaya kehilangan semuanya, hidupnya seolah tak lagi berarti sebab penyakit yang dideritanya. Ia juga harus hidup di sebuah panti asuhan. Namun, ada satu nama yang berhasil membuatnya kembali ingin tetap hidup dan ba...