9

1K 132 16
                                    

Jangan lupa follow, vote dan komen😄

-Happy Reading-

Bel pulang sudah berbunyi, Zardan langsung keluar dari UKS. Sedangkan Zaya yang sedari tadi sudah bangun, hanya dapat diam memperhatikan. Ternyata Zardan menunggunya.

Senyum terbit dibibir yang terlihat pucat itu. Ia mencoba bangkit, lalu berjalan keluar dari ruang UKS.

Zaya berjalan menuju kelas, sambil menahan sakit dikepala yang masih saja terasa. Rasa mual juga kembali menghampirinya, Zaya mengubah arah jalannya. Ia langsung berlari ke toilet.

Hanya cairan putih yang keluar dari mulutnya, tetapi sudah membuat tubuh itu semakin melemah.

Pantulan cermin di depannya, memperlihatkan betapa pucat dan lemahnya ia saat ini. Zaya membasuh wajahnya. Lalu kembali berjalan menuju kelas.

Baru saja hendak masuk, Wawa dan Dipsa sudah terlebih dulu memberikan tasnya. Mereka menunggu Zaya di depan kelas.

"Nih tas lo," ujar Wawa memberikan tas Zaya yang langsung diambil oleh sang pemilik tas.

"Makasih ya." Wawa dan Dipsa hanya mengangguk, lalu mereka merangkul Zaya. Berjalan bersamaan di koridor yang masih terlihat ramai.

Wawa terus saja memperhatikan wajah Zaya yang terlihat begitu pucat. Lalu tangannya menyentuh dahi itu, tetapi tak ada rasa panas.

"Muka lo kok makin pucat sih," celetuk Wawa.

Dipsa juga menatap wajah Zaya. Mengangguk setuju dengan ucapan sang sahabat barusan. "Iya, makin pucat. Periksa aja yuk, kebetulan Om gue dokter." jelas Dipsa.

Zaya hanya menampilkan senyuman seperti biasa. "Nanti aja, aku habis ini harus kerja dulu."

"Loh, emang lo kerja di mana? Kok kita gak tau sih," cerocos Wawa.

"Iya, aku kerja. Kalian datang aja, nama Cafe nya, Cafe Anta."

Dipsa dan Wawa mengangguk paham.

"Wah, kebetulan nih. Gue bawa mobil hari ini, gimana kalo kita langsung aja pergi ke tempat kerja Zaya." Usul Wawa.

"Gue juga gak bawa motor nih, pagi tadi bannya bocor," tambah Dipsa menimpali. Memang motornya sedang di bengkel, pagi tadi saja ia harus naik angkot.

Zaya terlihat berpikir, tadi ia memang ingin ke rumah sakit. Memeriksa kesehatannya, tetapi mengingat tabungannya masih belum cukup. Zaya mengurungkan niatnya itu.

Tidak ada salahnya mengajak kedua temannya berkunjung ke tempat kerjanya, pikir Zaya.

"Ya udah, yuk!" Ajak Zaya bersemangat. Padahal wajahnya masih saja terlihat pucat.

Ketiga perempuan itu berjalan dengan semangat menuju parkiran. Zaya terlihat lebih ceria, mungkin karena ia merasa bahagia rasa sakitnya hilang seketika.

Zardan, Yovi, dan Wingki masih saja berada di kelas. Hanya ada mereka bertiga di sana, membantu Wingki sang ketua kelas untuk mengecek perlengkapan kelas. Sekaligus membersihkan kelas, karena ini tepat dengan jadwal mereka.

Mereka bertiga terlalu rajin, perempuan yang bertugas menyapu saja mereka suruh pulang duluan.

"Ki! Bersihin darah ini gih, gue gak tahan," jerit Yovi menunjuk meja Zaya yang terlihat ada bekas darah.

Wingki yang semula masih sibuk menyapu, menatap Yovi tajam. "Ck, tuh Zardan udah bersihin!"

Ya memang Zardan yang membersihkannya, sedangkan Yovi langsung menjauh dari sana.

Zardan & Zaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang