Somi Part 4

69 17 168
                                    

Pangeran Medit - Happy Ending

Written by Luluale_

Sabtu, 19 Desember 2020



Gangnam, Musim Panas, 2036

Di tahun 2036 ini, aku sudah mempunyai satu anak bernama Lee Samuel yang sekarang menginjak usia ke lima tahun. Anak itu sangat aktif. Ya, lihat saja ayah dan ibunya seperti apa kelakukannya?

Pernah saat Samuel usia tiga tahun dulu, Samuel bermain dengan Vanno. Awalnya mereka main biasa saja, tetapi entah kekuatan dari mana, tiba-tiba Samuel sudah berada di atas lemari es. Itu pun karena Vanno melihatnya, coba kalau tidak?

Aku langsung nangis, dong. Ya gimana kalau anak itu jatuh? Aku tidak bisa membayangkannya. Samuel sudah tumbuh menjadi anak yang lucu dan aktif sekali, aku sangat menyayanginya.

Sore itu, kami—aku, Haechan dan Samuel—baru saja pulang dari taman bermain.

“Udah, sana kamu mandi!” perintah Haechan yang baru saja keluar dari kamar mandi, pria itu terlihat lebih fresh dengan setelan kaus putih dan celana pendek.

Saat aku sedang menyisir rambut Samuel, Haechan langsung mengambil alih.

Aku segera masuk ke kamar mandi. Cukup lama karena aku sekalian mencuci baju kotornya Haechan tadi, biar tidak numpuk saat pagi hari.

Dari dalam kamar mandi, aku mendengar suara tawa Haechan dan Samuel yang entah karena apa. Mungkin mereka sedang bercanda.

Setelah aku mengganti baju dan menyisir rambut, aku langsung keluar dari kamar mandi. Seketika terdiam dengan mata melebar saat melihat keadaan Samuel sekarang.

“HAECHAAAAN!” Teriakanku yang seakan membelah cakrawala itu membuat Haechan menoleh dengan cengiran tak berdosanya.

Aku berjalan cepat dan menjatuhkan diri di samping Haechan sambil menangis.

“Chan, kamu apain Samuel, sih? Masa rambutnya jadi begini ....”

Gimana nggak nangis? Haechan merubah ujung-ujung rambut Samuel jadi warna grey, lalu dipakaikan aksesoris bulu merak. Ingin rasanya aku salto saja. Anak sendiri berasa dijadikan mainan, untuk itu aku khawatir saat meninggalkan Samuel dengan papanya.

“Chan! Kembaliin rambut Samuel! Nggak mau tau!”

“Mama, kenapa nangis?” Samuel menatapku, lalu mengusap pipiku.

“Itu, kenapa rambut Muel jadi begini?”

Samuel menoleh ke arah Haechan, “Papa yang bikin.”

“Terus Muel kenapa mau?” tanyaku, sedangkan Haechan hanya tersenyum-senyum.

“Kata mama waktu itu, ‘kan, harus nurut sama mama dan papa. Jadi, Muel nurut sama papa.” Anak itu mengatakannya dengan sangat pelan, wajahnya terlihat lugu dan tatapannya terus menyorot kepadaku seolah meminta jawaban apakah yang dikatakannya benar atau tidak.

“Nah, Muel anak pintar. Aaaa ... sayangnya papa ....” Haechan mencium pipi Samuel.

Sudahlah, aku pasrah saja jika seperti ini. Aku menaruh Samuel di pangkuan dan mengusap rambutnya berkali-kali, tetapi percuma saja karena warna itu sudah merekat.

“Udah jangan nangis, sayang. Kan Samuel tambah cakep.”

Aku melirik sinis ke arah Haechan, hal itu malah membuat Haechan mengacak rambutku pelan.

CCS UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang