Tiga Belas

1.3K 208 7
                                    

Yuhuuu.....

Maap nunggu lama, gengs. Sekarang tipis-tipis dulu ya.

Happy reading.

🌼🌼🌼🌼


Seperti yang diinginkan oleh Anya malam itu, Bara sudah mempersiapkan kejutan untuk melamar kekasihnya. Walaupun sebenarnya ini tidak tepat jika disebut kejutan. Ya, tau sendiri kan bagaimana bodohnya Bara waktu itu.

Kalau mengingat momen itu, Bara jadi suka menertawakan dirinya sendiri. Kalimat Anya yang menyebutnya sebagai 'orang kaya', selalu terngiang di kepalanya. Bara memang kaya, tapi entah kenapa dia tidak berpikiran menggunakan uangnya untuk melamar kekasihnya. Ck.

Pada akhirnya Bara mengabulkan keinginan Anya. Menyiapkan cincin berlian seperti yang Anya bilang dan kejutan yang tak pernah Anya duga sebelumnya. Entah Anya akan suka atau tidak, yang pasti Bara sudah menyiapkan segalanya dengan matang.

Sekarang Anya tak menyangka jika Bara benar-benar melakukan apa yang ia katakan. Tapi ini diluar dugaannya. Anya pikir jika Bara akan melakukannya, mungkin saja Bara akan membuat sebuah kejutan di restoran mewah, atau menyewa taman ria saat malam hari hanya untuk mereka berdua. Tapi itu semua salah. Yang terjadi adalah sekarang Anya sedang berdiri di tengah lapangan basket SMA Insan Madani, dengan Bara yang menekuk satu lututnya, dan dilihat oleh semua warga sekolah. Jangan lupakan beberapa siswa yang menjadi pasukan Bara membawa papan-papan huruf yang jika tersambung dibaca 'MARRY ME, ANYA'.

So sweet.

Tapi bukan kekaguman yang ia rasakan, yang ada malah malu karena ia menjadi pusat perhatian, dan ia berusaha menyembunyikan perasaan itu. Dari pada berlama-lama mendengar sorakan dari semua orang, lebih baik Anya segera menerima lamaran Bara. Mengangguk, menyerahkan jari manis sebelah kiri untuk dipasangkan cincin, berlagak seperti orang yang terharu, lalu buru-buru menggeret Bara untuk segera menyingkir dari sana saat riuh tepuk tangan semua orang masih menggema.

Di sudut lain ada dua hati yang sedang mendidih melihat adegan paling norak yang pernah ada di sekolah ini. Siapa lagi kalau bukan pengagum Anya yang juga kemarin-kemarin masih gencar mendekati guru BK itu.

Anya tidak pernah menyangka jika yang barusan tadi terjadi dalam hidupnya. Bara memang selalu nekat, selalu penuh kejutan, dan selalu sukses membuatnya malu di hadapan semua orang.

"Kita mau ke mana sih, sayang?"

Bukannya jawaban yang di dapat dari mulut manis Anya, tapi malah lirikan tajam yang diberikan oleh Anya pada Bara. Hal itu tentu saja membuat Bara merasa aneh. Baru saja Anya bersikap manis setelah Bara menyematkan cincin di jari wanita itu, tapi sekarang malah ekspresinya berubah garang.

Anya terus membawa Bara berjalan hingga mereka menuju ke ruang BK dan langsung masuk ke ruang pribadinya.

Anya menghela nafas panjang. Akhirnya ia bisa pergi dari kerumunan orang yang memperhatikannya.

"Kamu kenapa sih?" Tanya Bara yang semakin bingung.

Anya mulai serius menatap Bara, memilih kata yang pas agar pria yang baru saja melamarnya itu tidak tersinggung.

"Mas Bara ...."

"Ya?"

Anya mengatur nafasnya lagi, "... makasih untuk semua ini. Sumpah, aku nggak nyangka Mas ngelakuin ini. Aku ... aku ...."

"Terkesan?" Bara menimpali.

Anya mengangguk dan tiba-tiba menangis sambil menutu wajahnya dengan kedua tangannya.

Anyelir untuk BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang