Hubungan yang kembali terjalin antara Anya dan Bara tak luput dari perhatian orang-orang di sekitar mereka. Apalagi orang-orang yang mengetahui jika hubungan keduanya sempat kandas di tengah jalan, mereka turut bahagia atas kembalinya Anya dan Bara.
Setiap hari dua sejoli itu makin lengket. Rutinitas terbaru Bara adalah mengantar-jemput Anya. Kalau Bara berhalangan, pergi ke luar kota, ia menyuruh supirnya untuk melakukan hal itu. Tapi sayangnya Anya keberatan. Kalau Bara yang mengantar-jemput itu merupakan bentuk kasih sayangnya. Tapi kalau ia diantar supir, ia merasa tak nyaman. Ia takut jadi omongan orang yang menganggapnya memanfaatkan status kekasihnya. Atau takut orang beranggapan jika Anya jadi lupa daratan. Kemana-mana ada yang mengantar, padahal ia belum resmi menjadi istrinya.
Belakangan ini Anya sering merasa insecure. Sempat ia mendengar omongan buruk orang-orang tentang dirinya. Anya paling tidak suka dengan hal itu. Ia masih tetap Anya yang biasa-biasa saja. Makanya saat semalam Bara mengabarkan jika ia tidak bisa mengantar Anya dan akan digantikan oleh supirnya, Anya buru-buru menolak. Akhirnya dengan berbagai alasan, Bara pun menerima penolakan Anya. Jadi hari ini Anya berangkat menggunakan angkutan umum.
"Nggak dijemput, Neng?" Suara salah seorang perempuan paruh baya menyapa telinga Anya saat ia sedang berjalan di gang.
Anya tersenyum pada ibu-ibu yang tengah sibuk memilih sayuran di lapak yang ada di atas motor milik abang sayur, "... nggak, Tante."
"Kemana pacarnya?" Tanya yang lain.
"Lagi ada kerjaan di luar kota, Tante."
"Oh, kirain udah putus. Biasanya 'kan ada supirnya yg jemput." Sahut seorang ibu lainnya dengan nada julid.
Anya tidak menanggapi lagi. Ia memilih segera berpamitan dengan sopan dan pergi dari para tetangga yang toxic itu. Masih pagi sudah bikin orang lain kesal.
Anya sadar juga kalau keberadaan Bara di sisinya terlalu mencolok. Apalagi jika lelaki itu menjemputnya dengan mobil mewah yang hanya bisa parkir di bibir gang. Siapa sih yang nggak penasaran sama pemiliknya. Sampai-sampai Bara sudah dikenal oleh para tetangga. Terlebih oleh ibu-ibu yang rutin beraktivitas pagi di depan rumah mereka.
🌼🌼🌼🌼
Sudah lima hari Anya dan Bara belum berjumpa. Tapi mereka tetap melakukan kimunikasi lewat chat ataupun video call. Sebisa mungkin Bara menjaga hubungan mereka walau sedang berjauhan.
Bara mengatakan bahwa ia pergi selama seminggu. Tapi urusannya bisa lebih cepat selesai dan siang ini ia sudah sampai di sekolah Anya untuk memberi kejutan pada kekasihnya itu.
Sekarang jam pulang sekolah. Murid-murid yang keluar gerbang juga sudah terlihat sepi. Beberapa berseliweran kendaraan yang ditumpangi oleh guru-guru yang lain. Semoga saja Anya belum pulang duluan. Harapnya dalam hati.
Bara menurunkan kaca jendelanya untuk menyapa satpam sekolah. Bara menyunggingkan senyum wibawanya, "siang, Pak."
"Selamat siang, Pak Bara." Balas satpam tersebut, "... mau jemput Miss Anya atau ketemu Pak Martin?"
"Biasalah, Pak. Mau jemput 'nyonya'."
Pak satpam terkekeh mendengar jawaban Bara, "... wah, sayang banget, Pak Bara. Miss Anya baru aja pulang. Itu tadi scoopy yang baru keluar gerbang." Telunjuknya mengarah ke jalan.
Bara mengernyit mengikuti arah yang ditunjuk oleh satpam itu. Tampak dari belakang seseorang yang mengenakan ransel kulit berwarna coklat gelap, yang sudah Bara hafal siapa pemiliknya, sedang mengendarai motor yang disebutkan tadi, dan berlalu makin menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir untuk Bara
General Fiction(Seri- 2 Guru BK) [Follow dulu sebelum baca] Lagi-lagi, cerita ini tentang Guru Bimbingan dan Konseling, di sebuah sekolah swasta. Tapi ini bukan cerita cinta antara guru dan wali muridnya. Juga bukan tentang janda dan duda. Ini tentang Anyelir Sa...