Dua Belas

1.4K 247 14
                                    

Sudah seminggu sejak terakhir Anya diantar ke sekolah oleh Bara, kini mereka belum sempat bertemu lagi. Komunikasi yang terjalin hanya lewat ruang chat dan telepon saja. Bara bilang sedang banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, Anya juga masih sibuk dengan tugasnya sebagai konselor sekolah.

Hari ini saja Anya harus melewati hari yang melelahkan. Berkunjung ke rumah Tias, salah satu siswa yang tidak hadir selama 2 minggu lamanya bersama dengan Fitria, guru Ekonomi sekaligus wali kelas siswa tersebut.

Menurut Rio, siswa yang rumahnya searah dengan Tias, alamat Tias ada di belakang sekolah mereka. Jadi, Anya, Fitri dan Rio pergi berjalan kaki ke sana, karena Anya dan Fitria yakin tujuan mereka tak jauh dari situ. Tapi nyatanya perkiraan mereka salah, karena sudah sekitar 10 menit perjalanan, mereka belum juga sampai. Bahkan mereka bertiga belum melihat rumah penduduk, yang ada hanya pohon-pohon besar, semak belukar, dan segala jenis tumbuhan yang membuat lahan itu bisa disebut hutan.

Anya tak menyangka jika siswanya harus melewati hutan seperti itu untuk meraih cita-cita mereka. Anya yang baru satu kali melalui jalanan seperti itu merasa sangat kelelahan, apalagi jika ia harus setiap hari. Makanya dari cerita Rio, ia sekarang tinggal bersama kerabat ibunya di tempat lain.

Setelah menyebrangi sungai jernih yang dangkal akhirnya Rio mengatakan kalau mereka akan segera sampai. Tapi Fitria tidak ingin percaya dengan omongan siswanya itu, karena sejak tadi Rio bilang kalau mereka akan segera sampai. Tapi akhirnya mereka bertiga melihat beberapa rumah penduduk yang dibangun dengan papan kayu. Rio mengajak mereka pada salah satu rumah yang terlihat sepi.

Pikiran Anya dan Fitria sekarang satu frekuensi. Setelah melewati perjalanan jauh yang merupakan kali pertamanya mereka lalui, kedua wanita yang berbeda status, karena Fitria sudah menikah ini, sama- sama mengira kalau mereka akan dijamu layaknya tamu yang jauh. Setidaknya diberi air minum untuk menghilangkan dahaganya.

Tapi itu hanya ada dalam angan mereka, yang terjadi sebenarnya adalah mereka diusir oleh tuan rumah tersebut.

"Astaghfirullah ... udah jauh-jauh malah diusir. Salah apa kita, Nya ...." keluh Fitria.

Anya membuang nafas, "... nggak ngerti, Fit. Padahal kita dateng baik-baik."

Untung saja setelah kejadian pengusiran itu, Rio mengajak para gurunya mampir ke rumah orang tuanya. Setidaknya mereka bisa beristirahat dan beruntungnya ibunya Rio menyuruh mereka untuk makan dulu sebelum pulang.

Menurut cerita ibunya Rio, orang tua Tias sering bertengkar sebelum akhirnya mereka bercerai. Tias dibawa pergi ibunya, sementara ayahnya ditinggal sendiri, yang sekarang nampak seperti orang yang frustasi. Katanya mereka berpisah karena masalah ekonomi.

Mendengar cerita itu, Anya jadi teringat masa lalunya. Ternyata dia tidak sendirian di dunia ini. Ada anak lain yang senasib dengannya. Tapi Anya bersyukur ia hidup bersama Ayah yang sangat menyayanginya, walaupun ia sering sekali merindukan Ibu.

Anya pikir, Tias beruntung bisa bersama ibunya. Mereka sama-sama perempuan. Karena Anya pernah mengalami satu masa saat terjadi sesuatu pada dirinya, seperti perubahan biologis, saat ia pertama kali mendapatkan menstruasinya. Ayah tidak terlalu mengerti apa yang dialami perempuan, sementara Anya sangat cemas dan menangis saat mendapati bekas darah pada celananya. Akhirnya saat itu ibunya Satria yang membantu Anya, memberi pemahaman bahwa itu akan terjadi setiap bulan pada perempuan.

Tapi sekali lagi Anya tidak menyesali jika ia tinggal bersama Ayah. Justru jika tidak begitu kejadiannya, mungkin Anya yang sekarang tidak akan berkembang menjadi pribadi yang gigih dan giat dalam berusaha.

🌼🌼🌼🌼

Anya ketiduran setelah sholat maghrib tadi. Bahkan ia terlalu lelah untuk sekedar mengangkat ponselnya yang sejak tadi tak henti berdering.

Anyelir untuk BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang