Dua Puluh Tiga

1.3K 246 13
                                    

Aku dateng lagi, Bund...
Nggak kelamaan kan? 😄

🌼🌼🌼🌼


"Gimana, Nya sama si Jeri?" Tanya Windy di sela makan siang mereka.

"Ya ... gitu deh." Jawab Anya sekenannya.

"Tapi obrolan kalian nyambungkan sejauh ini?"

Beberapa hari yang lalu, setelah tahu kalau Anya kembali single, Windy dan Vina begitu gencar mencarikan pria untuk Anya. Tadinya Anya menolak dicomblangin seperti itu, tapi kedua temannya itu meyakinkan Anya untuk kenalan terlebih dahulu, cocok atau tidaknya itu urusan belakangan.

"Lo harus bisa move on, Anya sayang. Cari yang baru." Timpal Vina.

"Gue udah move on kok."

"Move on apanya? Tiap hari kita liat lo masih suka ngelamun."

Anya menghembuskan nafas dalam. Memang benar sih dia masih suka melamun. Apalagi terakhir ia bertemu dengan mantannya itu waktu itu. Anya kan sempat ge-er saat melihat mobil mewah milik Bara itu berhenti di dekat halte. Anya pikir, Bara akan kembali menghampirinya dan mengajaknya pulang bersama, seperti waktu itu. Tapi lama menunggu, mereka malah sama-sama diam di posisi masing-masing. Untung saja angkutan umum yang Anya tunggu datang juga.

"Tapi si Jeri cakep juga kok. Pekerjaannya mapan lagi." Tambah Windy.

"Iya sih. Katanya sabtu besok dia libur. Ngajakin ketemuan." Ucap Anya yang sontak membuat heboh kedua temannya.

"Nah, kan! Iyain aja!" Seru Vina.

"Gerak cepat nih si Jeri. Kesempatan nggak dateng dua kali, Anya. Pokoknya lo harus mau diajak ketemuan sama dia!" Sahut Windy tak kalah antusias.

Sebenarnya Anya juga masih bingung mau menolak atau meng-iya-kan ajakan pria yang baru ia kenal beberapa hari itu. Tapi melihat antusias teman-temannya, Anya jadi tidak enak hati jika menolak ajakan Jeri.

Akhirnya pada hari sabtu, Anya memenuhi ajakan Jeri. Mereka janjian di kafe The Thristy. Ternyata benar yang dikatakan teman-temannya, Jeri memang aslinya good looking. Orangnya ramah. Kalau dari obrolan mereka sepanjang pertemuan itu sih, Anya merasa nyaman. Sepertinya Jeri adalah tipe pria yang bisa mencairkan suasana.

Kemudian di hari minggu, mereka pergi berdua lagi. Anya menikmati waktu pe-de-ka-te ini. Jeri bilang, belum tentu sebulan sekali ia bisa seperti ini. Maklumlah, Jeri merupakan pekerja lapangan yang sekarang menangani proyek pembangunan jalan di daerah yang ada di kalimantan.

Karena alasan itulah, Jeri mengajak Anya untuk bertemu dengan ibunya. Awalnya Anya menolak dengan alasan belum siap. Lagian hubungan mereka juga baru sebatas kenal saja. Tapi sepertinya Jeri sudah 'klik' dengan Anya dan ingin ke tahap yang lebih serius. Makanya ia ingin Anya berkenalan dengan ibunya. Jika nanti ia sedang bertugas di luar kota, Anya bisa menyambung silaturahim dengan keluarganya yang ada di sini. Dan akhirnya setelah mendengar penjelasan dan bujukan Jeri, dengan perasaan masih ragu, Anya mengiayakan ajakan tersebut.

Anya pun akhirnya menginjakan kaki di rumah orang tua Jeri. Kedatangannya di sambut ramah oleh sang ibu. Anya jadi sedikit lega melihat keramahan ibunya Jeri.

Mereka berbincang-bincang santai di ruang tamu. Berbagai pertanyaan diajukan oleh wanita paruh baya itu pada Anya yang sepertinya akan menjadi kandidat calon menantunya, dari mulai awal perkenalan dengan anaknya, pekerjaan, hingga keluarga. Tak terasa mereka lama mengobrol, Anya merasa butuh ke toilet. Dengan sopan Anya meminta izin ke belakang.

Setelah lega dengan urusan pribadinya, Anya kembali ke ruang ramu. Tapi sebelum sampai ke sana, langkahnya terhenti karena mendengar obrolan antara tuan rumah yang pelan tapi masih dapat di dengar oleh Anya.

Anyelir untuk BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang