Lima

2.2K 346 8
                                    

Siapa, sih yang tidak senang diberi sebuah bingkisan, apalagi isinya bunga yang cantik. Semua perempuan pasti senang bukan main kalo di kasih gift box yang isinya bunga-bunga gitu. Romantis banget, katanya.

Tapi, beda dengan perempuan yang satu ini. Anya menatap horor seonggok bunga Anyelir dalam bingkisan yang diterimanya dari Vino and the gank.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sikap Anya yang aneh, tak luput dari pandangan kedua temannya.

"Kenapa Lo, Nya?" Tanya Windy.

Anya masih bergeming.

"Bunga apaan, sih? cantik banget..." Vina mendekat, duduk di sofa sebalah Anya.

"Anyelir." Jawab Anya singkat.

"Ooo... jadi ini yang namanya bunga Anyelir." Windy ikut mendekat.

"Cantik, ya..." Timpal Vina.

"Cantik banget. Siapa yang kasih?" Tanya Windy.

Anya menggedikkan bahunya sebagai jawaban.

"Kok nggak tau, sih... Terus Lo dapet ini dari mana?" Kepo Windy.

"Vino dan kawan-kawannya yang bawa. Mereka nggak bilang dari siapa."

"Duuh... Anya... sekarang udah ada pemuja rahasia, loh...." seru Vina dan disoraki oleh Windy.

Anya mendengus. Ia tidak tahu siapa yang mengirimkan bunga anyelir ini. Firasatnya tidak enak. Tapi Ia berusaha menepis pikiran itu. Biarlah dulu. Selama tidak membahayakannya, Anya tidak masalah.

"Ooh... Bidadariku... mengapa engkau bermuram durja? Bunga-bunga di taman, layu melihat wajahmu." Suara Darwis muncul tiba-tiba.

"Heh! Darwis! Kalo masuk ke tempat orang tuh salam dulu!" Galak Windy.

"Iya, tau nih. Ngagetin orang aja." Timpal Vina.

"He...he...he... Sorry deh. Daku tak sempat memberi salam, karna menatap wajah Miss Anya yang tak bergairah. Ada apa kah gerangan, adinda?"

Anya menggeleng melihat kelakuan Darwis.

"Pak Darwis, dari pada bersyair nggak jelas di sini, mendingan masuk kelas aja. Udah bel masuk dari tadi. Ajarin tuh generasi muda dengan ilmu yang bermanfaat." Ucap Hana agak ketus.

Wajah Darwis yang tadinya cerah berubah mendung. Kata-kata yang keluar dari mulut pujaan hatinya seolah-olah mengusirnya.

"Ya ampun, Anya. Abang Darwis kan ingin melihat wajah calon masa depan Abang."

"Sayangnya nggak ada masa depan Lo di sini. Udah sana." Sahut Windy.

"Iya, Abang Darwis yang ganteng. Kayaknya Lo mesti ati-ati, sebentar lagi pangerannya Anya muncul. Liat, tuh jodohnya Anya udah ngirim bunga untuk Anya." Seru Vina menunjukkan bunga Anyelir yang ada di meja.

Anyelir untuk BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang