Sembilan

1.9K 261 8
                                    

"Anyelir, ucapanku tadi bukan main-main. Aku ingin kamu kelak menjadi istriku. Aku mohon beri aku kesempatan untuk dekat sama kamu. Aku tidak akan bertanya, kamu mau atau tidak menerimaku. Yang jelas, kamu adalah wanita yang mampu menggetarkan hatiku sejak pertama bertemu. Dan aku mau kamu yang selalu ada di sisiku."

Itulah kira-kira sepenggal rayuan gombal yang dilontarkan Bara sebelum pulang dari rumah Anyelir tadi malam.

Kalau saja Bara mengatakan pada wanita yang memujanya, pasti wanita itu akan langsung menerimanya detik itu juga. Tapi, masalahnya Bara menyatakannya pada Anya, gadis yang jelas-jelas sangat menghindari Bara. Mendengar nama Bara saja, Anya langsung pusing, apalagi jika mereka berdua seumur hidup. Hiii... Anya tak mampu membayangkannya.

Pagi ini rumah Anya sudah kedatangan Satria yang baru saja pulang bermain futsal di lapangan bersama anak-anak yang tinggal di sekitaran gang rumahnya.

Satria datang meminta penjelasan tentang kejadian semalam. Kini mereka duduk berdua di meja makan, sembari menikmati sarapan nasi uduk yang sempat dibeli Satria tadi.

Sambil menyuap nasi uduknya sendiri, Satria menatap Anya dengan tatapan penuh tanya. Menuntut pejelasan dari sahabatnya itu. Anya yang menyadari itupun membalas pandangan sinis pada Satria.

"Apa lo liat-liat?!" Sinis Anya.

Satria mengunyah makanannya sampai habis, "Gue masih penasaran. Gimana ceritanya lo bisa kenal sama Pak Bara? Dan yang bikin gue makin penasaran, kenapa bisa Pak Bara mengklaim kalo lo itu calon istrinya?"

"Kalo nanya satu-satu napa?" Balas Anya setelah menyelesaikan sarapannya.

"Denger baik-baik, ya Satria. Bos lo yang namanya si Bara bere itu, adalah cowok yang dulu pernah gangguin gue pas ospek. Dan dia juga yang satiap hari ngasih gue bunga anyelir waktu itu."

"Apa?!!" Satria terkejut.

Anya menanggapi dengan mengangkat bahunya.

"Kok bisa sih?!"

"Ya mana gue tau."

"Lo pacaran sama Pak Bara?"

Anya yang sedang meneguk air minumnya pun tersedak karena pertanyaan Satria.

"Uhuk... uhukk... gila lo, Sat! Mau bunuh gue, lo ya...!"

"Ish, lebay lo. Gitu doang langsung kaget. Kayak bocah kegap nonton bokep."

Anya langsung mendengus kesal. Melempar tisu bekasnya pada Satria, namun sayangnya tidak mengenai sasaran karena Satria cepat menghindar.

"Mana ada, gue sama Pak Bara pacaran."

"Tapi kok dia bisa bilang gitu semalem?" Satria memandang heran.

"Ya, mana gue tau, Sat. Mungkin dia udah terjebak pada pesona prinscess Anya." Ujar Anya mengibaskan rambutnya, penuh percaya diri.

"Huuww.... pe-de banget, lo..." Balas Satria tak terima, sambil melempar tisu pada Anya.

Anya pun tertawa melihat respon sahabatnya yang kesal. Satria ini memang kepo banget kalau ada laki-laki yang mendekati Anya. Karena, Anya ini orangnya pemilih. Makanya sampai sekarang Ia masih jomblo. Bukan karena para pria yang mendekati Anya tak sesuai kriterianya, bukan. Tapi, Anya agak takut ditinggalkan, sih sebenarnya.

Akhirnya Anya menceritakan dari awal bagaimana Anya bertemu kembali dengan si pengganggu itu, juga bagaimana Bara menyatakan keinginannya semalam, yang kontan saja membuat Satria diam sejenak.

"Wow...." Satu kata yang keluar dari mulut Satria.

Anya mencebik melihat respon Satria. Sekali lagi Ia menghela nafas, pasrah. Entah bagaimana Ia nanti. Bara sudah menyatakan perasaannya. Satria? sepertinya sahabatnya itu tidak bisa di harapkan untuk menolongnya, secara, yang mendekati Anya sekarang adalah Bos besarnya Satria.

Anyelir untuk BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang