Malam ini Anya masih tidak bisa tidur. Sudah 3 hari sejak Ayah yang Ia cintai telah berpulang. Ayah Anya meninggal karena penyakit stroke yang dideritanya sejak 3 tahun lalu. Anya tak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya setelah ini. Ayah yang selalu memberinya semangat, Ayah yang selalu ada di hari-harinya, Ayah yang menyayanginya kini sudah tidak lagi bersama dengannya.
Selama 15 tahun terakhir ini Anya dan Ayahnya hidup berdua, sedangkan sang Ibu pergi meninggalkan mereka. Yang Anya kecil tahu, alasan Ibu pergi karena keluarga Ibunya tak merestui pernikahan Ibu dan Ayahnya, hingga akhirnya saat Anya berusia 10 tahun Ibu terpaksa pergi dan berpisah dengan Ayah atas paksaan keluarga dari Ibu.
Sejak Anya berada di sekolah menengah, Ia berusaha membantu perekonomian keluarga, dengan bekerja di toko kelontongan yang ada di pasar dekat rumahnya. Ayah yang bekerja dengan gaji sesuai UMR yang memang cukup untuk biaya hidup mereka berdua, tapi tak cukup untuk membawa Ibunya kembali. Anya berfikir jika mereka mempunyai banyak uang, maka ibunya akan kembali. Tapi pada akhirnya Ia menyadari bahwa sang Ibu tidak pernah kembali saat Ia tahu kabar jika Ibunya telah menikah lagi dengan seorang duda kaya.
Kini Anya dewasa sudah tak mau peduli tentang Ibunya. Entah dimana dan sedang apa, Anya tidak lagi menghiraukannya. Ia sudah rela melepas sang Ibu demi kebahagiannya. Dan sekarang, tinggallah Anya hidup sebatang kara, tanpa suara Ayah yang selalu menasihatinya dan memberi semangat untuk terus berjuang demi kehidupan yang lebih baik.
Sedih Ia rasakan saat ini. Tapi Ia sadar jika Ia tidak boleh berlama-lama meratapi kepergian Ayahnya. Sang Ayah sudah tenang di alam sana, dan pastinya tidak merasakan sakit lagi.
Anya berharap, hari-hari yang akan Ia jalani setelah ini akan menjadi lebih baik. Ia tidak boleh meratapi kepergian Ayahnya. Ia harus bangkit dan berjuang untuk dirinya sendiri. Untuk kebahagiannya sendiri.
Selama seminggu Anya tidak datang ke sekolah, tempat Ia mengajar, karena cuti yang Ia ambil setelah Ayahnya meninggal.
Dan sekarang Anya kembali melaksanakan tugasnya sebagai guru bimbingan dan konseling di SMA Insan Madani. Yang mana sekolah tersebut berada di bawah binaan yayasan Golden Hope Foundation. Awalnya, setelah lulus kuliah, Ia bekerja di sekolah negeri. Tapi, tahu sendiri upah yang diberikan dari sekolah negeri hanya cukup membeli bensin motor matic kesayangannya selama sebulan. Tak lama Ia bekerja
Anya sudah 2 tahun mengemban tugas di sekolah ini sebagai seorang guru BK. Sebenarnya cita-citanya dulu adalah ingin menjadi pengacara. Tapi Ia urungkan karena terkendala biaya. Bisa masuk PTN dengan jalur undangan saja, sudah suatu keberuntungan bagi Anya, jadinya Ia tidak perlu repot-repot mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah untuk persiapan masuk PTN. Nilai rapot Anya dan strategi dalam memilih jurusan adalah koentji agar bisa lolos seleksi masuk PTN melalui jalur undangan.
Anya ini terkenal sebagai guru yang ramah dan murah senyum pada seluruh warga sekolah. Apalagi, Ia termasuk guru yang datangnya paling pagi. Satpam di SMA Insan Madani saja sudah hafal dengan jam datang Anya. Walaupun Anya seorang gadis dan harus membantu mengurus Ayahnya yang sakit, tapi semaksimal mungkin Anya bertanggung jawab pada pekerjaan utamanya.
Banyak juga guru laki-laki yang menyukai Anya. Bahkan ada yang mencoba mendekatinya. Namun sayangnya Anya menutup diri untuk masalah percintaan. Fokusnya saat itu masih pada Ayahnya dan pekerjaannya.
Apalagi sejak menginjak bangku kuliah, Anya tidak lagi bekerja di toko kelontong, namun Ia menambah penghasilan dengan membuat kue-kue, semacam jajanan pasar yang Ia titipkan di kantin kampus. Ketrampilan membuat kue, Ia pelajari dari Ibu sahabatnya saat SMA dulu.
Jadi, Anya sudah terbiasa bangun dini hari untuk membuat kue-kue jualannya sejak semester pertama saat kuliah dulu dan masih berlanjut sampai sekarang. Saat ini kue-kue buatannya juga Ia titipkan di kantin sekolah. Anya juga menerima pesanan untuk acara-acara seperti arisan, atau yang paling rutin adalah acara rapat sekolahnya.
Kue-kue buatan Anya memang enak. Terbukti saat Anya selesai cuti dan sudah masuk sekolah lagi, siswa-siswa segera mengerubunginya, menyampaikan ucapan duka cita, memberi suport pada guru kesayangan mereka, dan yang pasti menanyakan keberadaan kue-kue Anya yang belum terpajang di kantin sekolah.
"Yaahh.... Miss, padahal kita udah rindu berat dengan donat gula Miss Anya..." keluh salah satu siswanya dan disetujui oleh yang lain.
"Maaf, ya ... hari ini, Miss belum bisa bikin kue. Insya Allah besok Miss usahain ya ...." Jawab Anya dengan lembut.
Anya sadar bahwa hidup itu sangat keras. Hidup itu butuh uang. Siapa lagi yang akan memberinya uang jika bukan dari usahanya sendiri. Pikir Anya.
Untung saja Ia diberi anugrah oleh Tuhan, mempunyai pribadi yang rajin dan ulet. Sebisa mungkin Anya pergunakan kemampuan itu dengan optimal.
Sekarang Anya berada di ruangannya, bersama kedua temannya. Vina dan Windy. Mereka bertiga sama-sama masih gadis. Bedanya, Vina dan Windy sudah punya tambatan hati, sedangkan Anya masih menutup hati. Entahlah, untuk pria mana hatinya akan dibuka, nanti. Kalau sekarang-sekarang ini Ia masih membangun benteng pertahanan untuk menjadi high quality jomblo.
"Anya cantik, kesayangannya Abang Darwis ... akhirnya kamu datang juga. Abang Darwis yang ganteng ini udah rinduuuu... sekali, dengan Anya."
Itu adalah suara Darwis, si guru bahasa Indonesia yang menjadi salah satu pengagum setia Miss Anya. Tampilannya yang parlente, rambut klimis, kumis tipis, kemeja ketat, lengkap dengan celan cutbray, membuat Anya geli berada di dekatnya. Pasalnya, Pak guru Darwis ini lebih cocok hidup di era 70an.
Anya hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan Darwis.
"Duuhh.. basi banget, sih Abang Darwis yang gantengnya se-RT. Nggak ada kerjaan laen apa, selain gangguin Miss Anya?!" Sinis Windy, guru BK yang terkenal judes di antara Anya dan Vina.
"Aduh... aduh... judes sekali Miss Windy ini. Awas jodohnya lari, nggak tahan sama cewek judes." Balas Darwis.
"Ngomong apa, lo Bang?!" Windy geram.
"Sstt... kalian berdua ini apa-apaan, sih. Hobi banget ribut deh. Nanti kalo jodoh baru tau loh..." Anya menengahi.
"Idihhh.... mit amit jabang baby..." ucap Windy sambil mengetuk-ngetuk kepalanya dan meja secara bergantian.
"Kok Anya cantik do'anya jelek, sih. Abang kan cuma mau berjodoh dengan Anya seorang." Darwis menampilkan wajah memelas.
Anya mengedikkan bahu. Ia malas menanggapi Darwis yang selalu menggodanya. Bukannya sombong, tapi Anya memang selalu berusaha bersikap biasa saja pada laki-laki yang terang-terangan mendekatinya. Ayahnya memang sudah meninggal, fokusnya sudah berkurang satu. Tapi walaupun begitu, Ia juga harus selektif dalam memilih pasangan hidup. Ia tidak mau apa yang dialaminya waktu kecil terulang kembali pada dirinya. Ditinggalkan.
🌸🌸🌸
Tbc.
Tes ombak dulu ya readerss... kalo banyak yang vote, bakal aku lanjutin..
Terimakasih sudah membaca... 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir untuk Bara
General Fiction(Seri- 2 Guru BK) [Follow dulu sebelum baca] Lagi-lagi, cerita ini tentang Guru Bimbingan dan Konseling, di sebuah sekolah swasta. Tapi ini bukan cerita cinta antara guru dan wali muridnya. Juga bukan tentang janda dan duda. Ini tentang Anyelir Sa...