Jantung Bara berdebar sejak bertatapan langsung dengan gadis yang Ia rindukan.
Anyelir. Yang sekarang Ia baru tahu nama panggilannya, Anya.
Kini Bara sedang berjalan di samping Anya yang terlihat manis memakai blouse warna kuning blonde, dengan bawahan flower pencil skirt sampai ke bawah lutut. Gadis itu lumayan tinggi jika di sejajarkan dengan Bara yang tingginya sekitar 183 cm, tinggi Anya sepadan dengan telinga Bara jika Ia memakai heels 5cm.
Mereka berjalan beriringan mengitari lingkungan sekolah. Tadi dijelaskan oleh Martin bahwa perusahaan yang sekarang dipimpin oleh Bara adalah donatur tetap yayasan yang menaungi SMA Insan Madani. Tujuan Bara ke sini adalah untuk memantau langsung fasilitas yang ada dan yang masih kurang di sekolah ini.
Padahal itu cuma akal-akalan Martin agar kakak sepupunya punya waktu bersama dengan Anya. Bara sangat berterimakasih untuk itu.
Anya terlihat cantik dengan riasan sederhana. Alis tebal alami, mata yang jernih, warna kulit kuning langsat dipadukan dengan lipstik warna nude, membuat wajahnya yang cantik alami semakin terpancar. Apalagi ditambah jepit rambut yang bertengger di kepala bagian kiri hingga mengekspos telinga sampai lehernya yang jenjang membuat Bara tak mampu mengalihkan perhatiannya sejak di ruang kepala sekolah tadi.
Sementara Anya sendiri merasa risih ditatap intens oleh orang yang baru Ia kenal. Lebih tepatnya orang yang dulu sempat mampir sebentar dalam hidupnya. Bukan hatinya, loh ya.
Saat pertama melihat Bara di ruang kepala sekolah tadi, Anya terkejut luar biasa. Ia tak menyangka jika akan bertemu secepat ini dengan orang yang dulu paling Ia hindari. Apalagi saat Martin mengenalkan mereka kembali, awalnya Anya pura-pura tak mengingatnya, namun akhirnya Ia mengakui saja kalau Ia masih mengingat Bara.
Yang paling membuatnya speechles adalah saat mereka bersalaman, tanpa diduga Bara mengecup lembut jemari Anya. Sontak saja Anya menariknya. Jujur, Ia belum pernah diperlakukan seperti itu. Apalagi oleh seorang lelaki yang berwajah tampan.
Ya. Anya akui kalau Bara mempunyai perawakan yang diidam-idamkan semua perempuan. Rahang kokohnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus membuat Anya ingin sekali menyentuhnya.
Oh, astaga. Apa yang Anya pikirkan?
Tanpa sadar, Ia menggeleng keras, dan hal itu menarik perhatian Bara.
"Ada apa, Miss Anya?" Tanya Bara membuyarkan lamunan Anya.
"Oh, tidak apa-apa, Pak." Anya mencoba tenang.
"Kita sudah tiba di ruang laboratorium komputer." Lanjutnya sambil mengetuk pintu.
Di dalam ruangan ini dipergunakan untuk praktik pelajaran TIK. Komputer yang tersedia kurang lebih ada 40 unit, tapi 4 diantaranya tidak dapat berfungsi lagi. Kebetulan, sekarang ruangannya sedang dipakai, jadi Anya dan Bara segera pamit setelah berbincang sebentar dengan penanggung jawab laboratorium.
Dari laboratorium komputer mereka berdua mengarah ke ruangan yang tak jauh dari sana. Laboratorium IPA yang juga masih dipergunakan siswa kelas XII IPA². Jadi Anya dan Bara hanya melihat sekilas dari luar jendela.
Di depan laboratorium IPA, sedang ada siswa yang berolahraga. Tentu saja dengan guru mata pelajarannya yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik dua manusia, yang salah satunya adalah incaran hatinya.
Dari sejak Anya dan Bara keluar dari ruang kepala sekolah, Danu sudah memperhatikan mereka dengan tatapan tak terbaca.
Kini Anya dan Bara pun sudah mendekat ke lapangan basket, tempat di mana aktifitas olahraga dilakukan dan juga tempat dimana Danu sedang berdiri menatap mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir untuk Bara
General Fiction(Seri- 2 Guru BK) [Follow dulu sebelum baca] Lagi-lagi, cerita ini tentang Guru Bimbingan dan Konseling, di sebuah sekolah swasta. Tapi ini bukan cerita cinta antara guru dan wali muridnya. Juga bukan tentang janda dan duda. Ini tentang Anyelir Sa...