Tujuh Belas

1.2K 209 6
                                    

Kejadian di restoran itu membuat pikiran Anya tidak fokus. Rutinitas membuat kue tinggalkan, saat di sekolah ia sering melamun di ruangannya, dan panggilan telepon dari Bara ia abaikan.

Selain perkataan ibunya yang membuat Anya shock, kehadiran Bara di sana juga membuatnya berpikir jika Bara tidak lagi serius dengan hubungan mereka.

Anya sudah bisa menebak jika mungkin nasibnya nanti akan ditinggalkan. Jika Bara mencintainya, mungkin lelaki itu tidak akan menerima atau tidakbakan hadir dalam pertemuan itu. Kebetulan saja Anya yang hadir di situ, jadi ia bisa tahu. Bahkan Bara tidak mengatakan apapun.

Anya muak dengan jalan hidupnya yang ditakdirkan sendiri. Ibunya saja menolak kehadiran Anya. Siapa sebenernya ia di mata ibunya? Kenapa Ibu bisa mengatakan hal yang menyakitkan seperti itu?

Dari pikiran negatif yang berputar di kepalanya, akhirnya Anya memutuskan untuk menemui ibunya. Dan kini Anya sudah duduk berhadapan dengan wanita yang terlihat anggun di usianya yang tak muda lagi.

Ibu sangat terkejut saat tiba-tiba Anya mendatangi kediamannya. Jangan bingung Anya tahu dari mana alamat rumah keluarga Wibisono, ia sempat meminta tolong kepada bosnya, Martin untuk menanyakan alamat rumah konglomerat itu pada mamanya Martin.

Ibu menatap datar pada Anya. Untung saja suaminya sedang tidak berada di rumah. Bisa panjang urusannya jika suaminya tahu bahwa Anya bertamu ke rumahnya.

"Jadi, kamu jauh-jauh ke sini hanya untuk itu?"

"Iya." Jawab Anya sendu.

Ibu menghela nafas sejenak, "... baiklah. Kamu sudah dewasa. Kamu juga harus tau kebenarannya."

Anya tak tahu apa yang akan dikatakan oleh ibunya. Yang pasti ia berusaha tegar menyiapkan diri, jika kebenaran itu menyakitkan. Tapi, seberapa keras Anya menyiapkan dirinya, ketika mendengar cerita yang sesungguhnya dari mulut wanita yang selama ini ia panggil ibu, Anya tetap terkejut bahkan hampir tak percaya. Apakah dunia sedang mempermainkannya?

Sepanjang perjalanan pulang, ia terus melamun memikirkan cerita hidupnya yang tak ia duga.

"... aku tidak membawamu pergi, karena aku tidak berhak. Aku bukan ibu yang melahirkanmu."

"Waktu itu, adik perempuan Mas Anggoro, diperkosa lelaki tak dikenal. Keluarga mereka yang mengetahui itu, tidak mau menerima keadaan, hingga Ratih diusir dari rumah. Akhirnya, Mas Anggoro dan aku membawanya tinggal bersaa kami ...."

"... beberapa hari setelah ia melahirkan anak perempuan, jiwanya terganggu. Hingga tanpa sepengetahuan kami, Ratih mengakhiri hidupnya."

Cerita itu masih terngiang-ngiang di kepalanya. Sungguh, ini semua di luar dugaannya. Di usia segini ia baru mengetahui identitas yang sebenarnya. Ternyata Anya bukan anak kandung dari pasangan suami istri, Anggoro dan Tania. Pantas saja, wanita yang selama ini ia anggap sebagai ibunya, tidak menganggap dirinya ada. Ini sebuah kenyataan yang pahit untuk Anya.

Pikiran itu terus menguasi kepalanya, hingga ia tak sadar jika ada kendaraan lain yang sudah mengahadang laju motornya.

🌼🌼🌼🌼

Malam ini Satria harus lembur di kantor berkenaan dengan tutup buku akhir bulan. Jam sudah menunjuk di angka delapan lewat tiga puluh menit. Rasanya ia ingin cepat-cepat menyelesaikan tugasnya dan merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk.

Di ruangannya hanya ada dirinya dan 3 orang teman yang lain di divisinya. Kalau sudah akhir bulan begini, pekerjaan mereka memang menumpuk, dan memaksa mereka untuk lembur.

Tanpa ia ketahui, ada seseorang yang sudah berdiri di depan kubikelnya.

"Satria." Seseorang memanggil dengan suara tegas, mengalihkan konsentrasi Satria.

Tak disangka ternyata Bara, si bos, sudah berdiri di depannya. Dengan sikap sopannya, Satria menanyakan maksud kedatangan bosnya itu. Namun, saat Bara akan menjawab, tiba-tiba ponsel Satria yang tergeletak di atas meja berbunyi. Nama Anya tertera di layar. Bara yang melihat itu memberi kode pada Satria untuk mengangkatnya.

"Hal ...."

Sapaan Satria terpotong oleh suara dari ujung telepon. Satria mengernyit mendengar suara Anya yang terisak.

"Share lokasi, Nya. Gue ke sana."

Sambungan telepon ditutup setelah Satria mengatakan itu.

Bara merasa curiga dengan gelagat Satria yang nampak panik saat dan setelah menerima telepon dari Anya, "ada apa? Apa terjadi sesuatu sama Anya?"

"Anya dirampok, Pak!"

🌼🌼🌼🌼


Setelah mengetahui lokasi keberadaan Anya, Bara bergegas menemui kekasihnya. Bara tak menghiraukan lagi bunyi-bunyi klakson dari kendaraan lain, karena mobilnya melaju dengan cepat, ia ingin segera sampai di tujuan dan memastikan keadaan Anya baik-baik saja.

Mobil Bara berhenti sembarang di depan halaman kantor polisi. Masa bodoh dengan posisi parkirnya, yang lebih penting adalah kondisi Anya.
Bara melebarkan langkahnya memasuki area kantor tersebut. Masih ada beberapa petugas yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Pandangannya menyusuri tiap sudut ruangan, hingga matanya menangkap seseorang yang sedang duduk meringkuk di pojok ruangan.

"Anyelir."

🌼🌼🌼🌼

Tbc.

Anyelir untuk BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang